7 kiat mengelola keuangan pasutri muda: Siapa yang lebih dominan?
- Written by Hamidah, Professor of Financial Management, Universitas Negeri Jakarta

● Satu dari empat perceraian di Indonesia terjadi karena masalah ekonomi
● Menabung atau investasi? Pengelolaan keuangan menentukan masa depan keluargamu
● Siapa yang memegang uang dalam pernikahan memengaruhi keseimbangan kuasa dan kebahagiaan pasutri
Masa awal pernikahan adalah masa manis-manisnya. Bagi pasangan yang sama-sama bekerja, ini adalah masanya menikmati double income yang membuat ruang pengeluaran lebih leluasa. Bagi pasangan single income, periode ini makin meruncingkan rasa tanggung jawab dan berbagi.
Namun, sebagai pasutri muda perlu sedia payung sebelum hujan. Sebab, persoalan ekonomi dan ketidakpuasan finansial kerap memengaruhi kepuasan dalam pernikahan[1] hingga berujung pada perceraian[2]. Di Indonesia, paling tidak seperempat pasangan bercerai karena alasan ekonomi[3].
Padahal, di sebagian kasus, hal ini bisa dimitigasi[4] melalui kesadaran keuangan, perencanaan yang matang, serta membuat kesepakatan di awal–bahkan sampai ke persoalan siapa yang memegang uang dan mengelola. Bagi pasutri muda atau pasangan yang hendak menikah, yuk simak tips mengelola finansial keluarga dengan baik agar rumah tangga terus harmonis.
Antara kebutuhan dan kemauan
Resep-resep menjaga kesehatan keuangan keluarga memang klise. Namun, mewujudkannya tak mudah dan butuh komitmen kuat. Sebagai dosen manajemen keuangan, berikut tip yang saya berikan berdasarkan teori dan riset yang ada:
1. Petakan dan prioritaskan biaya tetap
Segera menyisihkan dan mengunci biaya tetap seperti tagihan, asuransi, pembayaran cicilan adalah hal yang mendasar bagi stabilitas keuangan dalam pernikahan. Manajemen keuangan yang sukses dalam pernikahan[5] sering kali melibatkan alokasi peran yang jelas dan perencanaan keuangan bersama
2. Dahulukan kebutuhan sebelum keinginan
Pasangan yang sukses secara finansial berfokus pada pengeluaran penting sebelum pengeluaran diskresioner[6]. Kamu harus membedakan kebutuhan (belanja makanan dan kebutuhan sehari-hari) dan keinginan (makan di restoran dan belanja baju yang belum dibutuhkan).
3. Menabung setidaknya 30% dari penghasilan
Strategi menabung berbeda-beda sesuai dengan kemampuan finansial. Namun, menyisihkan persentase[7] yang tetap untuk tabungan berkontribusi pada stabilitas dan keamanan keuangan rumah tangga jangka panjang. Tabungan ini, misalnya bisa membantumu menyekolahkan anak di kemudian hari. Atau, jika kamu memiliki kemampuan lebih, kamu bisa memisahkan persentase antara tabungan wajib dan tabungan untuk persiapan anak sekolah.
4. Sanggup menunda kesenangan
Kamu dan pasanganmu tentunya memiliki hobi atau kegemaran untuk melepas penat dan stress. Ini adalah kebutuhan tersier yang kamu penuhi setelah memastikan kamu telah menyisihkan ongkos bulanan, kebutuhan sehari-hari, dan menabung.
Namun, di tengah tuntutan yang makin berat bagi generasi produktif kini, self-reward dan hobi bisa jadi tuntutan lebih[8] untuk kesehatan mental dan mencegah burnout.
Namun, pastikan bahwa budget yang kamu sediakan untuk travelling, skincare, atau mengoleksi barang sesuai dengan kemampuan finansialmu[9], ya.
Read more https://theconversation.com/7-kiat-mengelola-keuangan-pasutri-muda-siapa-yang-lebih-dominan-252114