Asian Spectator

The Times Real Estate

.

Tahun ketiga pandemi COVID-19: mengapa sistem kesehatan kita perlu perubahan besar

  • Written by Ahmad Nurhasim, Editor Sains + Kesehatan, Kepala Divisi Training, The Conversation
Tahun ketiga pandemi COVID-19: mengapa sistem kesehatan kita perlu perubahan besar

Pandemi COVID-19 di Indonesia pekan ini memasuki tahun ketiga[1] dan belum ada tanda bahwa penyebaran pepenyakit global ini akan segera berakhir. Artinya kita tetap perlu menerapkan protokol kesehatan dan terus meningkatkan cakupan vaksinasi.

Dalam dua tahun terakhir, gelombang penularan lebih banyak dipicu varian delta setelah libur panjang (libur Idul Fitri 2021)[2] dan kini varian omicron sejak pasca libur akhir tahun lalu. Apakah pola seperti ini berulang? Kita belum tahu jawabannya secara pasti karena pola tersebut baru berjalan dua tahun saat cakupan vaksinasi masih rendah.

Pada 2 Maret 2020, Presiden Joko Widodo pertama kali mengumumkan ada dua kasus positif COVID di negeri ini. Setelah dua tahun, 5,6 juta orang telah terinfeksi COVID[3] dan 149 ribu di antaranya meninggal. Di level dunia, lebih dari 430 juta orang telah terinfeksi dan 5,9 juta yang meninggal. Jumlah ini terus meningkat.

Di Indonesia, upaya pengendalian melalui vaksinasi menunjukkan angka menggembirakan, walau pada tahap awal banyak yang skeptis[4]. Vaksinasi tahap pertama per hari ini telah mencapai 91 persen (190 juta)[5] dari target 208 juta penduduk yang akan divaksin. Vaksin tahap kedua baru 69 persen (144 juta). Dosis ketiga masih di bawah 5 persen (sekitar 10 juta). Varian omicron telah membuat vaksinasi makin relevan karena vaksinasi mampu mengurangi level keparahan pasien yang terinfeksi.

Lalu, belajar dari kegagalan dan keberhasilan pengendalian pandemi, bagaimana strategi memperkuat sistem kesehatan kita agar tahan terhadap serangan pandemi pada masa depan?

Untuk menjawabnya, pada episode podcast SuarAkademai kali ini, kami berbicara dengan Teguh Haryo Sasongko, peneliti The Cochrane Collaboration dan Associate Professor, Royal College of Surgeons in Ireland (RCSI) School of Medicine, Perdana University Malaysia. Dia banyak menulis artikel COVID-19 selama pandemi[6].

Teguh menjelaskan dinamika kebijakan selama pandemi antara kesehatan dan ekonomi, implementasi sains dalam kebijakan, dan pentingnya Indonesia bisa segera memproduksi vaksin sendiri, dan desakan untuk memperkuat sistem kesehatan.

Simak lengkapnya di SuarAkademia – ngobrol seru isu terkini, bareng akademisi.

References

  1. ^ memasuki tahun ketiga (theconversation.com)
  2. ^ (libur Idul Fitri 2021) (theconversation.com)
  3. ^ 5,6 juta orang telah terinfeksi COVID (covid19.go.id)
  4. ^ walau pada tahap awal banyak yang skeptis (theconversation.com)
  5. ^ mencapai 91 persen (190 juta) (vaksin.kemkes.go.id)
  6. ^ menulis artikel COVID-19 selama pandemi (theconversation.com)

Authors: Ahmad Nurhasim, Editor Sains + Kesehatan, Kepala Divisi Training, The Conversation

Read more https://theconversation.com/tahun-ketiga-pandemi-covid-19-mengapa-sistem-kesehatan-kita-perlu-perubahan-besar-178533

Magazine

The Versatility and Sustainability of Cardboard Boxes: A Must-Have in Every Industry

Cardboard boxes have long been a staple in packaging and storage across the globe. From moving houses to shipping products, their versatility and reliability have made them essential to both businesse...

Demokrasi vs intervensi: Mengapa Barat dan ‘Global South’ punya perspektif berbeda tentang kedaulatan

Edward R/ShutterstockSituasi Geopolitik di Kawasan Timur Tengah masih memanas. Israel masih terus-menerus membombardir kota-kota di Suriah. Israel tampaknya tengah memanfaatkan situasi Suriah yang saa...

Bagaimana angin Santa Ana memicu kebakaran mematikan di California Selatan

Ribuan rumah terbakar dalam beberapa hari, mulai 7 Januari 2025, di wilayah Los Angeles.(AP Photo/Ethan Swope)Angin Santa Ana yang kuat, dengan kekuatan hembusan setara badai, bertiup dari pegunungan ...