Asian Spectator

Persaingan global keras, mampukah Prabowo-Gibran capai pertumbuhan ekonomi 8%?

  • Written by Krisna Gupta, Senior fellow at CIPS and a lecturer at International Trade faculty, Politeknik APP Jakarta
Persaingan global keras, mampukah Prabowo-Gibran capai pertumbuhan ekonomi 8%?
Prabowo-Gibran yang pencalonannya sebagai Presiden dan Wakil Presiden memantik kontroversi akan bekerja mulai 20 Oktober 2024. Untuk mengawal pemerintahan mereka, kami menerbitkan edisi khusus #PantauPrabowo[1] yang memuat isu-isu penting hasil pemetaan kami bersama TCID Author Network. Edisi ini turut mengevaluasi 10 tahun pemerintahan Joko Widodo, sekaligus menjadi bekal Prabowo-Gibran menjalankan tugasnya. Pemerintahan Prabowo-Gibran menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 8%. Laju pertumbuhan sebesar itu membutuhkan sokongan pertumbuhan dari investasi. Khususnya investasi dari luar negeri atau penanaman modal asing jumbo sekitar Rp2.000 triliun[2]. Di sisi lain tidak mungkin mengandalkan komponen pertumbuhan ekonomi konsumsi[3] dan ekspor-impor[4] di tengah perlambatan ekonomi global seperti saat ini. Mendatangkan modal asing senilai Rp2 ribu triliun juga sebenarnya tidak bisa dibilang target mudah. Target tersebut mengharuskan adanya pertumbuhan investasi sebesar 16% dari target investasi tahun 2024[5] sebesar Rp1.650 triliun. Sedangkan sepanjang 10 tahun terakhir pertumbuhan investasi nasional sangat fluktuatif[6]. Akibatnya sepanjang sedekade terakhir pertumbuhan investasi rata-rata hanya mencapai 6,6 persen. Sumber: BKPM | Diolah TCID. Sejauh apa pemerintah baru mendatang memikat investor luar negeri untuk berinvestasi di dalam negeri di tengah ketatnya persaingan memperebutkan investasi asing antar negara-negara berkembang lainnya? Peta persaingan investasi global Ada beragam parameter yang bisa dijadikan acuan terhadap tingkat kompetitif sebuah negara. Parameter biasanya melihat kondisi ekonomi, pemerintahan, birokrasi, harga energi, hukum, perpajakan, dan sebagainya. Banyak lembaga yang mengeluarkan peringkat tingkat kompetitif sebuah negara seperti Bank Dunia dengan Ease of Doing Business[7] atau International Institute for Management Development (IMD), sebuah sekolah bisnis dan manajemen[8] di Swiss melalui World Competitiveness Ranking-nya. Pada tulisan ini, kami menggunakan acuan dari IMD karena juga dijadikan salah satu acuan parameter perekonomian global bagi pemerintah. Salah satunya pernah diutarakan oleh Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartato[9] belum lama ini. Belum lama ini IMD merilis WCR 2024 yang membandingkan daya saing berbagai ekonomi dunia. Untuk iterasi 2024, Indonesia mengalami lompatan[10] yang signifikan pada ranking daya saing, dari posisi 34 pada tahun 2023 menjadi nomor 27 tahun ini. Presiden Joko Widodo memberikan respon baik terhadap hasil tersebut karena dapat melampaui beberapa negara seperti Jepang, Inggris, dan Turki. Ia juga mengatakan bahwa lompatan ini terjadi berkat UU 11/2020 tentang Cipta Kerja[11] Untuk menjawabnya, kita harus sedikit menyelami kriteria penilaian dari IMD, lalu melihat dengan lebih mendetail faktor apa saja yang mendorong kenaikan peringkat Indonesia di 2024. Hal-hal penentu untuk meningkatkan minat investor asing terhadap Indonesia Melansir IMD[12], tolak ukur tingkat kompetisi suatu negara diukur dari kapasitas dan kapabilitas dalam menjaga iklim investasi. IMD menilai daya saing suatu negara semakin bagus dengan keberhasilannya menarik investasi asing, memicu inovasi, meningkatkan produktivitas, dan berdampak bagi kesejahteraan masyarakat luas. IMD menggandeng partner lokal di negara-negara responden dalam membuat laporan ini. Untuk Indonesia, mitra lokalnya[13] adalah Lembaga Management Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LM FEB UI) and NuPMK Consulting. Naik dan turunnya peringkat keseluruhan Indonesia disebabkan oleh empat parameter performa utama[14] yakni performa ekonomi, efisiensi pemerintahan, efisiensi bisnis, dan infrastruktur. IMD menggunakan hard data[15] untuk menganalisis aspek tangible daya saing yang bisa diukur. Ada juga soft data[16] untuk menangkap perspektif umum. Hard data terdiri dari statistik dan indikator ekonomi yang dikumpulkan dari sumber internasional, regional, dan nasional. Merujuk keempat faktor utama[17], performa Indonesia secara umum sempat turun pada tahun 2022 sebelum mengalami kenaikan signifikan pada periode 2023-24. Kenaikan paling signifikan terdapat pada faktor efisiensi bisnis, yang mana daya saing Indonesia melambung dari peringkat 31 pada 2022 menjadi peringkat 14 pada 2024. Sumber: IMD. Satu faktor yang menjadi pengecualian dalam pertumbuhan umum Indonesia belakangan adalah infrastruktur. Ranking infrastruktur Indonesia konsisten berada pada tingkat 50 ke atas dan bahkan mengalami sedikit penurunan meskipun secara alokasi fiskal mengalami peningkatan 22,2% pada tahun 2023[18]. Penurunan indeks terjadi karena perlambatan pembangunan infrastruktur kesehatan dan lingkungan. Tertolong upah dan pajak rendah Pada dasarnya WCR mengukur potensi dinamika sebuah entitas bisnis swasta bisa mendapatkan keunggulan di suatu negara. Artinya, pemeringkatan ini menitikberatkan pada hal-hal yang “membebani” operasi perusahaan swasta seperti rendahnya tingkat upah atau rendahnya intensifikasi perpajakan dan pengeluaran pemerintah. Dengan kata lain, rendahnya pungutan pajak Indonesia dan upah meningkatkan peringkat daya saing Indonesia. Menurut kami, daya saing yang baik justru dibangun meskipun industri dapat memberi upah yang tinggi dan memberi kontribusi besar pada perpajakan. Untuk itu, sebuah negara harus kuat di sisi yang lain. Indonesia punya pekerjaan rumah dalam hal perpajakan[19]. Pundi-pundi yang dihasilkan oleh penerimaan pajak sangat krusial untuk meningkatkan produktivitas pekerja, infrastruktur yang efisien, kepastian hukum, dan akses finansial yang baik. Hal ini juga terlihat di key attractiveness indicators, juga dalam laporan WCR, di mana para eksekutif diberikan kesempatan untuk menulis 5 alasan utama investasi di Indonesia[20] dari total 15 alasan. Key attractiveness indicators dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Sumber: IMD. Tentu saja kita juga dapat melihat bahwa hal-hal yang dapat dianggap baik untuk daya saing seperti kepastian hukum, pendidikan dan produktivitas pegawai, serta infrastruktur acapkali berada di peringkat bawah. Bahkan, bagi para eksekutif, rezim perpajakan Indonesia mendapat peringkat terendah meskipun pungutan per PDB Indonesia tergolong rendah. Produktivitas tenaga kerja misalnya. Investor lebih memilih membuka pabrik di suatu lokasi yang bisa menjamin produktivitas tinggi[21] seperti Vietnam. Begitu juga dengan kepastian hukum[22] yang sudah menjadi keluhan investor sejak lama yang tak kunjung dibenahi. Kita juga masih menunggu efektivitas UU Ciptaker di lapangan mengenai prosedur memulai bisnis, kepastian hukum, dan ketenagakerjaan yang kaku masih menjadi persoalan berbisnis di Indonesia di 2024. Hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan rumah dari pasangan terpilih Prabowo-Gibran masih banyak untuk meningkatkan lingkungan berbisnis di Indonesia. Di samping itu, pemerintahan Prabowo-Gibran harus berhati-hati dalam menjaga agar kondisi yang mendorong daya saing yang sudah baik agar tidak memburuk. Kondisi-kondisi ini mencakup diantaranya pengelolaan APBN yang bertanggung jawab, tingkat utang yang terkendali, serta kondisi makroekonomi yang stabil. Jika Indonesia ingin tumbuh mencapai 8% dan menjadi negara yang besar, maka sumber daya saing di Indonesia harus bersumber dari produktivitas pekerja, kualitas institusi dan infrastruktur yang memadai, serta mengurangi ketergantungan pada upah dan pajak yang rendah. Mengingat strategi Prabowo-Gibran melibatkan menarik perusahaan Fortune 500, membenahi hal-hal ini harus menjadi prioritas dari pasangan terpilih. Di saat bersamaan, Vietnam terus berbenah diri untuk menjadikan diri sebagai lokasi baru pembuatan chip semi-konduktor[23]. Begitu juga India yang telah berkembang menjadi salah satu negara dengan perekonomian terbesar berkat pembangunan infrastruktur dan sumber daya manusia[24] yang konsisten dan berkelanjutan. References^ #PantauPrabowo (theconversation.com)^ Rp2.000 triliun (bisnis.tempo.co)^ konsumsi (www.cnnindonesia.com)^ ekspor-impor (www.suara.com)^ target investasi tahun 2024 (www.cnbcindonesia.com)^ fluktuatif (bkpm.go.id)^ Ease of Doing Business (archive.doingbusiness.org)^ sekolah bisnis dan manajemen (www.imd.org)^ Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartato (ekon.go.id)^ lompatan (theconversation.com)^ lompatan ini terjadi berkat UU 11/2020 tentang Cipta Kerja (www.rri.co.id)^ IMD (www.imd.org)^ mitra lokalnya (www.imd.org)^ empat parameter performa utama (www.imd.org)^ hard data (www.imd.org)^ soft data (www.imd.org)^ keempat faktor utama (www.imd.org)^ peningkatan 22,2% pada tahun 2023 (www.antaranews.com)^ perpajakan (www.imd.org)^ alasan utama investasi di Indonesia (www.imd.org)^ produktivitas tinggi (www.cnbcindonesia.com)^ kepastian hukum (www.cnnindonesia.com)^ pembuatan chip semi-konduktor (www.antaranews.com)^ pembangunan infrastruktur dan sumber daya manusia (www.cnbcindonesia.com)Authors: Krisna Gupta, Senior fellow at CIPS and a lecturer at International Trade faculty, Politeknik APP Jakarta

Read more https://theconversation.com/persaingan-global-keras-mampukah-prabowo-gibran-capai-pertumbuhan-ekonomi-8-240911

Magazine

4 gejala ini bisa bantu deteksi kanker ovarium lebih dini

Sebuah pendekatan diagnosis baru bisa bantu mendeteksi lebih dini keberadaan kanker ovarium.Ground Picture/ShutterstockKanker ovarium atau indung telur sering kali terdiagnosis ketika sudah stadium la...

Jokowi gagal penuhi hak lingkungan warga—bagaimana risikonya di era Prabowo?

Prabowo-Gibran yang pencalonannya sebagai Presiden dan Wakil Presiden memantik kontroversi akan bekerja mulai 20 Oktober 2024.Untuk mengawal pemerintahan mereka, kami menerbitkan edisi khusus #PantauP...

Persaingan global keras, mampukah Prabowo-Gibran capai pertumbuhan ekonomi 8%?

Prabowo-Gibran yang pencalonannya sebagai Presiden dan Wakil Presiden memantik kontroversi akan bekerja mulai 20 Oktober 2024.Untuk mengawal pemerintahan mereka, kami menerbitkan edisi khusus #PantauP...



NewsServices.com

Content & Technology Connecting Global Audiences

More Information - Less Opinion