Asian Spectator

Target pertumbuhan 8% hadapi kondisi eksternal dan internal yang menantang

  • Written by Riandy Laksono, PhD Candidate in Economics, Australian National University
Target pertumbuhan 8% hadapi kondisi eksternal dan internal yang menantang
Prabowo-Gibran yang pencalonannya sebagai Presiden dan Wakil Presiden memantik kontroversi akan bekerja mulai 20 Oktober 2024. Untuk mengawal pemerintahan mereka, kami menerbitkan edisi khusus #PantauPrabowo[1] yang memuat isu-isu penting hasil pemetaan kami bersama TCID Author Network. Edisi ini turut mengevaluasi 10 tahun pemerintahan Joko Widodo, sekaligus menjadi bekal Prabowo-Gibran menjalankan tugasnya. Presiden terpilih Prabowo Subianto bersama Wakil Presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka berambisi mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 8%[2] di periode pertamanya. Ekonomi Indonesia pernah bertumbuh di sekitar 7-8% di jaman orde baru, khususnya di paruh pertama periode 1990-an[3]. Namun, perlu diperhatikan bahwa Indonesia hari ini berada di era yang jauh berbeda dibandingkan tahun 1990-an. Bank Dunia[4] bahkan menyebut periode sekarang ini sebagai “era pertumbuhan terendah selama 30 tahun terakhir”. Cina pada 2023 hanya tumbuh sekitar 5%, tidak jauh dari pertumbuhan Indonesia di tahun yang sama. Angkanya kemungkinan[5] terus menurun pada 2024 dan 2025 menjadi 4,8% dan 4,3%. Bagaimana peluang Kabinet Prabowo-Gibran mengulangi kesuksesan ekonomi zaman orde baru ini? Untuk membahas hal ini, ada baiknya kami memaparkan situasi ekonomi eksternal dan internal saat ini. Ketergantungan tinggi terhadap Cina Kondisi perekonomian Indonesia hari ini berada di era yang jauh berbeda dibandingkan tahun 1990an dengan tentunya kondisi yang berbeda sama sekali. Bank Dunia[6] bahkan menyebut periode sekarang ini sedang tidak baik-baik saja bagi perekonomian global. Cina, yang kini sudah menjadi salah satu kekuatan ekonomi paling berpengaruh di dunia[7], di tahun 2023 hanya tumbuh di sekitaran 5%, tidak jauh dari pertumbuhan Indonesia di tahun yang sama. Angka pertumbuhan ekonomi Cina diprediksi[8] terus menurun pada tahun 2024 dan 2025 menjadi 4,8% dan 4,3%. Sejak berpartisipasi aktif[9] di World Trade Organization (WTO) pada 2001, Cina telah menjadi salah satu mesin pendorong pertumbuhan kawasan regional Asia[10] yang menopang pertumbuhan ekonomi Malaysia, Thailand, Korea Selatan, Filipina, Australia, dan juga Indonesia. Hal tersebut terlihat dari realisasi total neraca perdagangan Cina-ASEAN[11] yang terus meningkat dan mencapai US$975,3 miliar 2022. Hal tersebut terjadi lantaran berkah dari pertumbuhan dua digit Cina di awal periode 2000an. Tren ini menciptakan sumber permintaan baru dan berkontribusi mendorong ekspansi ekspor[12] negara-negara di kawasan tersebut dengan cukup signifikan. Dengan gambaran kondisi ekonomi eksternal tersebut, kami menilai target pertumbuhan 8% cukup menantang. Selain laju pertumbuhan yang melambat, Cina saat ini juga sedang berhadapan dengan masalah geopolitik[13] dengan intensitas tinggi seperti perebutan Taiwan[14] terkait chip semikonduktor. Inefisiensi dan misalokasi tata kelola sumber daya Riset[15] terbaru menunjukkan bahwa kesenjangan kesejahteraan antara negara maju dan berkembang terjadi karena kapabilitas tata kelola sumber daya ekonomi yang optimal dan efisien. Gap tersebut menyebabkan kondisi di mana sumber daya di suatu negara seperti pekerja, modal, dan lahan dikelola dengan tidak maksimal. Contohnya, pekerja yang mumpuni di bidang manufaktur malah harus bekerja di sektor transportasi online karena pekerjaan manufaktur tidak tersedia. Studi[16] menunjukkan bahwa misalokasi sumber daya di sektor manufaktur jadi sebab industri lokal terpuruk. Tidak heran jika kita mendapati nilai produktivitas pekerja dan investasi yang rendah. Contohnya[17], seorang pekerja di Thailand dan Malaysia bisa menghasilkan sekitar US$11 ribu (Rp170 juta) dan US$25 ribu (Rp387 juta) per tahun. Sementara itu, pekerja yang sama di Indonesia hanya dapat menghasilkan sekitar US$9 ribu (Rp140 juta) per tahun. Alokasi investasi yang tidak tepat juga masih kerap terjadi di Indonesia. Di era melesatnya pertumbuhan ekonomi Cina[18], Indonesia membutuhkan nilai investasi sebesar 4% dari PDB untuk menciptakan 1% pertumbuhan ekonomi. Namun kini, kita membutuhkan nilai investasi 6% dari PDB untuk mendapat 1% pertumbuhan ekonomi. Rasio itu sering disebut sebagai Incremental Capital to Output Ratio[19] (ICOR). Semakin rendah angka rasio ICOR sebuah negara, semakin efisien pengelolaan sumber daya negara tersebut. Penurunan tersebut terjadi lantaran penerapan kebijakan industrial[20] di Indonesia. Kebijakan industrial adalah kebijakan yang berusaha mengarahkan suatu industri atau perusahaan tertentu. Kebijakan industrial yang tepat memang krusial untuk memperbaiki kegagalan pasar. Namun, kebijakan ini disinyalir sebagai penyebab berbagai misalokasi yang terjadi. Salah satu contohnya adalah upaya pemerintah mengeluarkan sumber daya, seperti menyuntikan penyertaan modal negara (PMN), untuk mempertahankan BUMN[21] yang kurang produktif. Kunci peningkatan produktivitas ekonomi adalah kemudahan pemain yang efisien untuk masuk, dan pemain inefisien juga tak sulit untuk keluar. Proteksionisme[22] hanya membuat negara terus mengucurkan subsidi baik langsung maupun tidak langsung ke perusahaan yang sebenarnya tidak produktif. Maraknya aksi rente[23] dalam perekonomian seperti kuota ekspor-impor maupun hak pengelolaan tanah negara yang tidak transparan juga memberi ruang bagi perusahaan yang tidak efisien. Ini sekaligus menghilangkan akses sumber daya bagi perusahaan yang cakap. Selain itu duet Prabowo-Gibran juga mewarisi target Net Zero Emission di 2060. Artinya, mereka harus merelakan penggunaan batu bara—sumber daya yang menghasilkan energi murah. Di saat yang bersamaan Prabowo-Gibran juga menjanjikan swasembada pangan dalam 4 tahun[24], yang kemungkinan besar akan mengalokasikan sumber daya ke sektor yang mengalami diminishing return atau penurunan tingkat investasi. Bagaimana peluang untuk mencapai 8%? Sebenarnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak jelek karena masih ada di atas rata-rata dunia. Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2025-2045[25] pemerintah menetapkan serial target pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di kisaran 6,0-7,0%. Target pertumbuhan ini sudah cukup untuk membawa Indonesia menjadi negara maju pada 2045. Kalaupun ingin mengejar pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari tren 5% saat ini, Indonesia membutuhkan upaya serius untuk mencari sumber pertumbuhan investasi dan mitra dagang yang baru[26] selain Cina. Pertumbuhan ekonomi juga dapat dipicu oleh penambahan utang pemerintah. Nampaknya pemerintah sudah mulai memikirkan hal ini, seiring dengan wacana pengharusan Tapera dan dana pensiun masyarakat. Kemungkinan dana tersebut akan disalurkan ke surat berharga negara[27]. Pemerintah juga dapat menggunakan instrumen utang luar negeri[28], baik melalui surat berharga negara mata uang asing ataupun mekanisme Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Masalahnya, peningkatan utang berpotensi tidak efisien jika Indonesia tidak memerbaiki permasalahan misalokasi yang sangat mendasar. Mekanisme utang lewat BUMN juga sudah dilakukan pemerintahan sebelumnya. Saat ini, beberapa BUMN malah terbebani dengan mekanisme tersebut. Ingat, pertumbuhan Indonesia yang mencapai 8% pada tahun 1995 ditutup dengan krisis karena pengelolaan utang luar negeri yang buruk. Pasar masih mengingat itu, sehingga Indonesia wajib menjaga kebijakan makroprudensialnya dengan baik.[29][30] Indonesia perlu merealisasikan nilai investasi sebesar 48% dari PDB jika ingin mencapai target pertumbuhan 8%. Sebenarnya tidak dibutuhkan banyak sumber daya untuk mendatangkan investasi global. Kuncinya berada di iklim kebijakan yang kondusif dalam mendorong kompetisi di semua level usaha. Mencapai iklim yang kondusif memerlukan komitmen yang sangat kuat bagi pemerintah karena menekankan perbaikan tata kelola pemerintahan[31] itu sendiri. Sebagai warga Indonesia, mungkin kita ingin pertumbuhan ekonomi 8% dapat terwujud. Namun, upaya mengejar target 8% yang serampangan justru sejarah mengulang cerita pahitnya. References^ #PantauPrabowo (theconversation.com)^ 8% (en.tempo.co)^ paruh pertama periode 1990-an (tirto.id)^ Bank Dunia (www.worldbank.org)^ kemungkinan (www.livemint.com)^ Bank Dunia (www.worldbank.org)^ kekuatan ekonomi paling berpengaruh di dunia (customstradeacademy.id)^ diprediksi (www.livemint.com)^ berpartisipasi aktif (www.wto.org)^ pendorong pertumbuhan kawasan regional Asia (www.kompas.id)^ realisasi total neraca perdagangan Cina-ASEAN (www.kompas.id)^ ekspansi ekspor (www.adb.org)^ geopolitik (www.worldbank.org)^ perebutan Taiwan (www.bbc.com)^ Riset (www.aeaweb.org)^ Studi (dx.doi.org)^ Contohnya (prosperitydata360.worldbank.org)^ pertumbuhan ekonomi Cina (www.kompas.id)^ Incremental Capital to Output Ratio (nasional.kontan.co.id)^ kebijakan industrial (www.imf.org)^ mempertahankan BUMN (www.thejakartapost.com)^ Proteksionisme (www.ui.ac.id)^ aksi rente (money.kompas.com)^ swasembada pangan dalam 4 tahun (www.metrotvnews.com)^ Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2025-2045 (jdih.bappenas.go.id)^ baru (www.msn.com)^ surat berharga negara (www.tapera.go.id)^ utang luar negeri (www.cnbcindonesia.com)^ pengelolaan utang luar negeri (www.kompas.com)^ makroprudensialnya dengan baik. (doi.org)^ perbaikan tata kelola pemerintahan (theconversation.com)Authors: Riandy Laksono, PhD Candidate in Economics, Australian National University

Read more https://theconversation.com/target-pertumbuhan-8-hadapi-kondisi-eksternal-dan-internal-yang-menantang-241679

Magazine

‘Kabinet Zaken’ atau politik transaksi? Mempertanyakan nasib demokrasi di era Prabowo-Gibran

Prabowo-Gibran yang pencalonannya sebagai Presiden dan Wakil Presiden memantik kontroversi akan bekerja mulai 20 Oktober 2024.Untuk mengawal pemerintahan mereka, kami menerbitkan edisi khusus #PantauP...

Catatan buruk pelindungan data pribadi era Jokowi: Prabowo perlu siapkan langkah yang lebih strategis

Prabowo-Gibran yang pencalonannya sebagai Presiden dan Wakil Presiden memantik kontroversi akan bekerja mulai 20 Oktober 2024.Untuk mengawal pemerintahan mereka, kami menerbitkan edisi khusus #PantauP...

Target pertumbuhan 8% hadapi kondisi eksternal dan internal yang menantang

Prabowo-Gibran yang pencalonannya sebagai Presiden dan Wakil Presiden memantik kontroversi akan bekerja mulai 20 Oktober 2024.Untuk mengawal pemerintahan mereka, kami menerbitkan edisi khusus #PantauP...



NewsServices.com

Content & Technology Connecting Global Audiences

More Information - Less Opinion