Asian Spectator

Antisipasi meluasnya perang di Timur Tengah: Prabowo perlu benahi postur pertahanan Indonesia

  • Written by Prihandono Wibowo, Dosen Politik dan Keamanan Internasional, Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur
Antisipasi meluasnya perang di Timur Tengah: Prabowo perlu benahi postur pertahanan Indonesia
Prabowo-Gibran yang pencalonannya sebagai Presiden dan Wakil Presiden memantik kontroversi mulai bekerja sejak 20 Oktober 2024. Untuk mengawal pemerintahan mereka, kami menerbitkan edisi khusus #PantauPrabowo[1] yang memuat isu-isu penting hasil pemetaan kami bersama TCID Author Network. Edisi ini turut mengevaluasi 10 tahun pemerintahan Joko Widodo, sekaligus menjadi bekal Prabowo-Gibran selama menjalankan tugasnya. Sejak 7 Oktober 2023, ketegangan di kawasan Timur Tengah meningkat[2] akibat perang antara Poros Perlawanan–yang terdiri dari Republik Islam Iran, kelompok perlawanan Irak, Houthi, di Yaman, dan Hizbullah[3]–melawan Israel. Meskipun jauh secara geografis, Indonesia tampaknya perlu mulai memberi perhatian lebih akan potensi meluasnya eskalasi konflik yang, mungkin saja, akan memengaruhi negara-negara sekutu meskipun di luar wilayah Timur Tengah. Pembangunan postur militer, termasuk perihal keunggulan teknologi persenjataan, menjadi salah satu hal penting yang perlu dibenahi oleh rezim Prabowo Subianto–Gibran Rakabuming Raka. Belajar dari operasi militer di Timur Tengah Setidaknya ada dua hal krusial dalam perang yang sedang terjadi di kawasan Timur Tengah yang bisa dipelajari oleh Indonesia guna memperkuat pertahanan, yakni mengenai teknologi perang dan tentang fungsi intelijen. Pertama, baik Poros Perlawanan maupun Israel menggunakan teknologi perang terkini. Dalam serangan Operasi True Promise 2[4] ke Israel, contohnya, Iran mengklaim menggunakan rudal hipersonik[5]. Meskipun klaim mengenai kemampuan hipersonik ini diragukan banyak pihak, faktanya sistem pertahanan antibalistik seperti David Sling, Arrow-2, serta Arrow-3 milik Israel, tidak dapat menghalau ratusan rudal balistik Iran[6]. Pihak Iran mengklaim sekitar 90%[7] rudalnya dapat mencapai sasaran vital di Israel. Kelompok non-negara semacam Houthi dan kelompok Islam Perlawanan di Irak juga memiliki kemampuan meluncurkan rudal balistik ke arah Israel. Selain dengan rudal balistik, Poros Perlawanan menggunakan beragam jenis drone–seperti Hudhud, Samad, Mirshad, dan Shaheed–yang mereka gunakan dalam pengintaian maupun penyerangan terhadap Israel. Iran, misalnya, menggunakan kombinasi rudal dan drone[8] dalam Operasi True Promise 1. Selain itu, Hizbullah mengunakan Drone Hudhud untuk fungsi pengintaian di Haifa[9], serta drone Shaheed atau Mirsad untuk menyerang target militer di Israel[10]. Dengan menggunakan drone bunuh diri, Hizbullah berhasil menyasar markas Brigade Golani yang menewaskan empat tentara Israel dan mencederai puluhan lainnya. Di lain pihak, Israel mengandalkan beragam varian jet tempur dan juga drone untuk melancarkan serangan udara ke berbagai wilayah termasuk Gaza, Lebanon, Suriah bahkan hingga Yaman. Israel menggunakan berbagai jenis bom, termasuk bom penembus bunker seperti GBU-31(v)3[11] yang menewaskan sebagian tokoh penting Poros Perlawanan. Selain kemampuan serangan udara, Israel dijaga dengan sistem pertahanan Iron Dome[12] yang dapat menangkis sebagian besar rudal jarak pendek seperti yang banyak diluncurkan Hamas dari Gaza maupun Hizbullah dari Lebanon. Kedua, fungsi intelijen menjadi hal penting dalam peperangan. Israel dikenal memiliki beragam unit intelijen dan mampu mengombinasikan intelijen manusia, intelijen sinyal, dan intelijen penginderaan jarak jauh[13] untuk melacak dan menyerang targetnya. Sebagai contoh, terdapat indikasi kuat operasi intelijen Israel pada kelompok Hizbullah. Indikasi dari ini ditunjukkan dengan keberhasilan Israel mengetahui strategi pengubahan alat komunikasi Hizbullah, memasarkan pager, menanam bahan peledak ke ribuan pager, serta melakukan peledakan pager secara bersamaan yang menyasar anggota Hizbullah. Persiapan operasi semacam ini tidak dapat dilakukan dalam waktu singkat. Sebuah papan reklame di Tehran menunjukkan rudal balistik Iran yang ditembakkan ke Israel. saeediex/Shutterstock[14] Indikasi lainnya adalah gugurnya sebagian tokoh kunci Hizbullah[15] dalam waktu yang berdekatan. Peristiwa ini menyiratkan bahwa Israel berhasil mengetahui posisi para petinggi Hizbullah, serta mengidentifikasi markas-markas strategis mereka. Israel dapat mengalkulasi lokasi markas Hizbullah serta menentukan jumlah dan jenis bom untuk menyerang markas Hizbullah. Teknologi: faktor esensial dalam peperangan Keunggulan teknologi persenjataan menjadi salah satu faktor esensial bagi pembangunan postur militer. Teknologi perang seperti rudal balistik, jet tempur, drone, dan integrated air and missile defense (IAMD) adalah sebagian elemen krusial dalam perang kontemporer. Pihak yang memiliki keterbatasan dalam teknologi persenjataan lebih rentan terhadap serangan dari pihak lain. Hal ini seperti yang terlihat di Gaza, Lebanon, Suriah maupun Yaman yang sering menjadi target serangan udara lawan karena keterbatasan sistem pertahanan udara. Dengan superioritas kekuatan udara, jet tempur dan drone Israel berulang kali melakukan serangan di wilayah-wilayah tersebut. Di sisi lain, superioritas teknologi rudal balistik Iran telah menyulitkan pertahanan udara Israel untuk menangkal serangan rudal balistik dari Iran. Hal yang tidak kalah penting adalah integrasi kapabilitas militer dan kapabilitas intelijen dalam peperangan. Pihak yang berhasil memaksimalkan kombinasi intelijen manusia, intelijen sinyal, dan intelijen dalam penginderaan jarak jauh berpeluang mencapai keunggulan dalam pertempuran. Perlunya membangun alat pertahanan Konflik yang terjadi di Timur Tengah ini dapat menjadi peringatan bagi pemerintahan Prabowo untuk segera memperbarui teknologi militer sesuai perkembangan terbaru. Dalam sektor pertahanan, misalnya, Indonesia telah memiliki sistem pertahanan jarak pendek maupun jarak menengah seperti Mistral, Starstreak, dan NASAMS 2[16]. Namun, untuk mengantisipasi tren perang kontemporer, sepertinya Indonesia juga perlu memikirkan pengadaan sistem pertahanan antirudal balistik di masa depan. Selain itu, dari perang ini, Indonesia juga perlu belajar tentang kemandirian dalam industri dan teknologi militer. Sebagai contoh, kita dapat belajar dari Iran tentang pembangunan industri pertahanan. Pasalnya, meski Iran mendapat beragam sanksi ekonomi dari Amerika Serikat (AS) dan mitranya, namun Iran dapat menciptakan kemandirian di bidang teknologi dan industri militer, khususnya di dalam produksi drone tempur dan rudal balistik. Menariknya, dengan kemandirian tersebut, Iran dapat menciptakan efek jera[17] yang kredibel terhadap Israel, padahal Israel sendiri ditopang oleh AS. Selain itu, beragam operasi militer dan intelijen antarpihak yang terlibat dalam perang antara Poros Perlawanan versus Israel, patut menjadi pelajaran bagi militer dan intelijen Indonesia. Perlengkapan tempur TNI AD saat Pameran Alutsista yang digelar di salah satu mal di Denpasar, Bali. yoman Hendra Wibowo/Antara Foto[18] Sayangnya, di Indonesia, institusi militer[19] maupun intelijen Indonesia[20] kerap mendapat banyak kritik. Ini karena mereka sering kali berfokus pada urusan-urusan domestik di ranah sipil yang tidak berhubungan dengan hal terkait pertahanan, geopolitik internasional, maupun urusan strategis. Kecenderungan tersebut dapat dilihat dari fenomena[21] prajurit TNI banyak menduduki jabatan-jabatan sipil maupun terlibat dalam kegiatan bisnis. September 2023 lalu, mantan Presiden Joko “Jokowi” Widodo, membuat pernyataan blunder , bahwa pihaknya menggunakan intelijen untuk mencari informasi detail mengenai partai-partai politik[22]. Lalu pada Oktober 2024, mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan bahwa intelijen seharusnya digunakan untuk mematai-matai musuh negara, bukan lawan politik[23]. Antisipasi potensi meluasnya perang Perang di Timur Tengah yang sebelumnya terbatas antara Hamas dan Israel, kini telah melibatkan pihak-pihak lain seperti Hizbullah, Houthi, kelompok Perlawanan Irak, dan Republik Islam Iran. Bahkan, tentara AS mulai bergerak ke wilayah perairan Mediterania untuk membantu Israel mengantisipasi serangan Iran. Tanpa manajemen krisis yang baik, bukan tidak mungkin perang ini meluas menjadi perang dengan skala lebih besar. Potensi eskalasi menuju perang regional yang lebih luas dapat berdampak serius tidak hanya pada stabilitas keamanan regional, tetapi juga berimbas pada krisis kemanusiaan yang lebih luas. Sejauh ini perang telah menimbulkan puluhan ribu korban jiwa dan gelombang pengungsian[24]. Karena itu, penting bagi pemerintah Indonesia untuk mengantisipasi potensi dampak jangka panjang dari perang ini serta mendorong langkah-langkah strategis dalam peredaan ketegangan secara bertahap. References^ #PantauPrabowo (theconversation.com)^ ketegangan di kawasan Timur Tengah meningkat (www.tehrantimes.com)^ Republik Islam Iran, kelompok perlawanan Irak, Houthi, di Yaman, dan Hizbullah (parstoday.ir)^ Operasi True Promise 2 (parstoday.ir)^ rudal hipersonik (www.tehrantimes.com)^ tidak dapat menghalau ratusan rudal balistik Iran (english.iswnews.com)^ sekitar 90% (parstoday.ir)^ kombinasi rudal dan drone (www.aljazeera.com)^ Hizbullah mengunakan Drone Hudhud untuk fungsi pengintaian di Haifa (english.almanar.com.lb)^ Mirsad untuk menyerang target militer di Israel (www.cnnindonesia.com)^ GBU-31(v)3 (www.usni.org)^ Iron Dome (www.bbc.com)^ intelijen manusia, intelijen sinyal, dan intelijen penginderaan jarak jauh (www.kompas.id)^ saeediex/Shutterstock (www.shutterstock.com)^ tokoh kunci Hizbullah (www.theguardian.com)^ Mistral, Starstreak, dan NASAMS 2 (www.indomiliter.com)^ efek jera (parstoday.ir)^ yoman Hendra Wibowo/Antara Foto (branda.antaranews.com)^ militer (nasional.tempo.co)^ intelijen Indonesia (kolom.tempo.co)^ fenomena (nasional.tempo.co)^ partai-partai politik (nasional.tempo.co)^ bukan lawan politik (www.cnnindonesia.com)^ puluhan ribu korban jiwa dan gelombang pengungsian (www.aljazeera.com)Authors: Prihandono Wibowo, Dosen Politik dan Keamanan Internasional, Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur

Read more https://theconversation.com/antisipasi-meluasnya-perang-di-timur-tengah-prabowo-perlu-benahi-postur-pertahanan-indonesia-241569

Magazine

Partisipasi politik kaum muda era Prabowo: inovasi atau dinasti?

Prabowo-Gibran, yang pencalonannya sebagai Presiden dan Wakil Presiden memantik kontroversi, mulai bekerja sejak 20 Oktober 2024.Untuk mengawal pemerintahan mereka, kami menerbitkan edisi khusus #Pant...

Antisipasi meluasnya perang di Timur Tengah: Prabowo perlu benahi postur pertahanan Indonesia

Ilustrasi agresi militer di Timur Tengah.kirill_makarov/ShutterstockPrabowo-Gibran yang pencalonannya sebagai Presiden dan Wakil Presiden memantik kontroversi mulai bekerja sejak 20 Oktober 2024.Untuk...

Waspada terorisme di media sosial: bagaimana ‘echo chamber’ memperparah penyebaran radikalisme

Ilustrasi media sosial.boscorelli/ShutterstockAwal Agustus 2024 kemarin, berita penangkapan terduga pelaku tindak pidana terorisme di beberapa lokasi berbeda mendominasi pemberitaan di media.Pada 1 Ag...



NewsServices.com

Content & Technology Connecting Global Audiences

More Information - Less Opinion