Asian Spectator

The Times Real Estate

.

Cerita di balik angpao, amplop merah yang diberikan pada perayaan Tahun Baru Imlek

  • Written by Ming Gao, Research Scholar of East Asia Studies, Gender and Women's History Research Centre, Australian Catholic University
Cerita di balik angpao, amplop merah yang diberikan pada perayaan Tahun Baru Imlek

Amplop merah, yang dikenal sebagai hongbao dalam Bahasa Mandarin (di Indonesia diserap menjadi “angpao”)—merupakan tradisi budaya yang dijunjung tinggi di Cina dan banyak bagian lain di Asia.

Di Cina, warna merah menyala melambangkan keberuntungan dan kegembiraan. Angpao diberikan pada berbagai perayaan dan merupakan ciri khas Tahun Baru Imlek.

Menerima angpao adalah sesuatu yang sangat dinantikan oleh kebanyakan orang Cina, terutama anak-anak, setiap Tahun Baru Imlek. Itu juga merupakan salah satu kenangan masa kecil saya yang paling indah. Namun, apa sejarah di balik tradisi ini?

Sebuah tradisi sejarah

Asal usul hongbao dapat ditelusuri kembali ke Dinasti Han[1] (206 SM–220 M) ketika benda-benda seperti jimat berbentuk koin marak dikenakan.

Praktik awal yang menyerupai pemberian uang terjadi di istana Dinasti Tang (618–907 M), di mana koin-koin disebarkan di musim semi sebagai bagian dari perayaan.

Memberikan uang kepada anak-anak selama perayaan menjadi tradisi yang sudah ada sejak Dinasti Song dan Yuan (960–1368). Pada Dinasti Ming dan Qing (1368–1911/12), tradisi ini terus berkembang dengan pemberian uang kepada anak-anak yang diikat dengan benang merah.

Pada masa Dinasti Ming dan Qing, uang diberikan kepada anak-anak dengan cara diikatkan pada tali merah.. Nataliia K/Shutterstock[2]

Konsep angpao modern muncul di Cina pada awal abad ke-20. Para tetua akan memberikan uang yang dibungkus kertas merah kepada anak-anak selama Tahun Baru Imlek sebagai jimat[3] melawan roh jahat, yang dikenal sebagai sui (祟).

Amplop merah yang diberikan kepada anak-anak, atau dalam beberapa kasus orang dewasa yang belum menikah, selama Tahun Baru Imlek juga disebut ya sui qian.

Secara umum, ya sui qian diterjemahkan menjadi “uang penekan usia”, karena sui (岁) juga berarti usia. Ya sui qian mencerminkan kepercayaan bahwa uang ini dapat menangkal kemalangan dan memperlambat penuaan.

Dalam konteks tradisional, jumlah uang[4] di dalam amplop memiliki makna simbolis.

Angka genap, kecuali angka empat (dianggap sial karena memiliki kemiripan fonetik dengan kata “kematian” dalam bahasa Mandarin), dianggap sebagai angka keberuntungan. Angka enam (melambangkan kemajuan yang lancar) dan delapan (melambangkan kemakmuran) sangat disukai.

Di luar nilai moneter, tindakan memberi dan menerima hongbao merupakan isyarat niat baik, memperkuat ikatan sosial dan menyampaikan rasa hormat dan kepedulian.

Revolusi digital

Saat ini, angpao melintasi dunia tradisi dan modernitas, beradaptasi dengan perubahan masyarakat sambil melestarikan esensi budaya mereka.

Aplikasi super seperti WeChat dan AliPay[5] telah mengubah praktik kuno ini dari tradisi fisik menjadi pengalaman digital dan virtual.

Four digital envelopes.
Desain angpao tersedia di WeChat. Screenshot/Ming Gao

Pada tahun 2024, WeChat mempopulerkan konsep “amplop merah digital” yang menggabungkan elemen gamifikasi seperti jumlah uang acak dan pertukaran kelompok.

WeChat mencatat transaksi angpao yang mencengangkan, yaitu sebanyak 14,2 miliar[6] pada malam Tahun Baru Imlek 2017 saja. Meskipun kegembiraan awal seputar angpao digital telah memudar seiring berjalannya waktu, praktik ini tetap populer. Pada Malam Tahun Baru Imlek tahun 2024[7], pengguna WeChat mencatat sekitar 5,08 miliar transaksi angpao digital.

Sementara di Indonesia[8], beberapa platform pembayaran seperti GoPay, OVO, dan DANA, juga aplikasi bank seperti myBCA[9] dan OCTO Mobile[10], kini menyediakan angpao digital atau E-angpao, lengkap dengan desain amplop menarik dan bisa dipersonalisasi.

Pergeseran ke format digital sejalan dengan perilaku masyarakat yang tidak lagi menggunakan uang tunai. Alhasil, orang juga makin dimudahkan untuk berpartisipasi dalam tradisi ini, bahkan dari tempat yang jauh. Keluarga yang terpisah karena migrasi dapat mengikuti tradisi ini secara langsung, menjaga hubungan yang mungkin akan melemah karena jarak yang jauh.

Anak saya tidak sering bertemu orang tua saya, tetapi ibu saya berjanji akan mengirimkan angpao “besar” kepada cucunya pada malam Tahun Baru Imlek tahun ini.

Tradisi memberi angpao melampaui batas negara, menghubungkan anggota keluarga di seluruh benua setiap Tahun Baru Imlek.

Pentingnya bagi masyarakat

Popularitas angpao yang terus berlanjut menunjukkan pentingnya angpao dalam budaya Cina. Angpao tidak hanya berfungsi sebagai sarana memberi tetapi juga sebagai cara untuk menegakkan tradisi di tengah pesatnya modernisasi.

Praktik memberi angpao, baik secara fisik maupun digital, memperkuat ikatan antargenerasi dan melestarikan warisan budaya. Orang tua dan kakek-nenek yang memberikan angpao kepada anak-anak selama Tahun Baru Imlek terus mewujudkan nilai-nilai tradisional keluarga dan persatuan.

A family with a baby holding a red envelope. Tindakan memberi angpao memperkuat ikatan antargenerasi dan melestarikan warisan budaya. SeventyFour/Shutterstock[11]

Namun digitalisasi angpao telah memicu perdebatan tentang dampaknya terhadap nilai-nilai tradisional[12]. Beberapa orang berpendapat kemudahan pengiriman angpao digital mengurangi sentuhan personal[13] dan kehati-hatian[14] yang melekat dalam pertukaran fisik.

Sementara yang lain melihatnya sebagai suatu evolusi[15] yang menjaga praktik tetap relevan dan dapat diakses di dunia yang serba cepat.

Variasi regional

Meskipun angpao paling erat kaitannya dengan budaya Cina, tradisi serupa juga terdapat di seluruh Asia, masing-masing dengan variasi regional yang menonjol.

Di Korea, selama Tahun Baru Imlek (Seollal), para tetua memberikan uang kepada orang dewasa muda atau yang belum menikah setelah menerima penghormatan Tahun Baru (sebae). Salah satu legenda[16] menyebutkan bahwa tradisi Korea berasal dari Cina. Namun, tidak seperti angpao merah yang digunakan dalam budaya Cina, uang di Korea dapat diberikan dalam angpao putih[17], karena warna putih dalam budaya Korea melambangkan kemurnian dan awal yang baru.

Envelopes hang from tree branches. Tradisi serupa juga ada di seluruh Asia. Amplop merah ini digantung di Kota Ho Chi Minh, Vietnam. Marie Shark/Shutterstock[18]

Di Singapura[19], di mana populasi yang beragam memadukan tradisi Tionghoa, Melayu, dan India, pemberian angpao (juga dikenal sebagai ang bao atau ang pow dalam bahasa Hokkien) merupakan praktik umum. Tradisi ini telah meluas melampaui populasi Cina, yang mencerminkan pengaruh budaya komunitas diaspora Cina.

Meskipun amplop merah merupakan bentuk tradisional, amplop dengan warna lain, seperti merah muda[20] atau emas[21], juga dapat diterima.

Masa depan angpao

Teknologi terus membentuk norma-norma sosial, sehingga praktik memberi angpao pun kemungkinan akan semakin berkembang.

Kemajuan E-CNY (mata uang digital Cina)[22], terlepas dari kesuksesan akhirnya[23], dapat memperkenalkan dimensi baru[24] pada praktik tradisional, memungkinkan bentuk pertukaran yang lebih inovatif dan aman.

Daya tarik abadi angpao terletak pada nilai-nilai intinya: perayaan hubungan, berbagi berkah, dan pelestarian warisan budaya.

Menjelang Tahun Baru Imlek Ular, sebaiknya persiapkan angpao, baik digital maupun fisik. Sehingga, kamu tidak gelagapan saat menerima ucapan, “Semoga kamu sejahtera, sekarang serahkan angpao!” (“gong xi fa cai, hong bao na lai”). Ucapan ringan dan menarik ini dengan cerdik memadukan harapan baik dengan permintaan nakal untuk angpao.

References

  1. ^ ke Dinasti Han (www.gov.cn)
  2. ^ Nataliia K/Shutterstock (www.shutterstock.com)
  3. ^ jimat (www.xinhuanet.com)
  4. ^ jumlah uang (baobao.sohu.com)
  5. ^ Aplikasi super seperti WeChat dan AliPay (hbr.org)
  6. ^ 14,2 miliar (www.thedrum.com)
  7. ^ Pada Malam Tahun Baru Imlek tahun 2024 (pandaily.com)
  8. ^ Sementara di Indonesia (rri.co.id)
  9. ^ myBCA (www.bca.co.id)
  10. ^ OCTO Mobile (finance.detik.com)
  11. ^ SeventyFour/Shutterstock (www.shutterstock.com)
  12. ^ nilai-nilai tradisional (kjj.lanshan.gov.cn)
  13. ^ sentuhan personal (mp.weixin.qq.com)
  14. ^ kehati-hatian (cxnews.cnnb.com.cn)
  15. ^ suatu evolusi (www.163.com)
  16. ^ Salah satu legenda (tbs.seoul.kr)
  17. ^ angpao putih (www.nongmin.com)
  18. ^ Marie Shark/Shutterstock (www.shutterstock.com)
  19. ^ Singapura (www.nlb.gov.sg)
  20. ^ merah muda (mothership.sg)
  21. ^ emas (www.malaymail.com)
  22. ^ E-CNY (mata uang digital Cina) (www.forbes.com)
  23. ^ kesuksesan akhirnya (www.technologyreview.com)
  24. ^ dimensi baru (m.gmw.cn)

Authors: Ming Gao, Research Scholar of East Asia Studies, Gender and Women's History Research Centre, Australian Catholic University

Read more https://theconversation.com/cerita-di-balik-angpao-amplop-merah-yang-diberikan-pada-perayaan-tahun-baru-imlek-248441

Magazine

Cerita di balik angpao, amplop merah yang diberikan pada perayaan Tahun Baru Imlek

Remi Chow/UnsplashAmplop merah, yang dikenal sebagai hongbao dalam Bahasa Mandarin (di Indonesia diserap menjadi “angpao”)—merupakan tradisi budaya yang dijunjung tinggi di Cina dan ...

Top 6 Agencies in Louisiana Offering SEO Focused Content Solutions

Nowadays, businesses need a strong internet presence. SEO is one of the finest methods for this. SEO boosts the Google rankings of the websites, making them simpler to find. This article discusses t...

Why Water Tanks in Melbourne Are Essential for Sustainable Living

As one of Australia’s most populous cities, Melbourne faces challenges such as fluctuating water supplies, rising utility costs, and growing environmental concerns. One solution that has gained sign...