Cuaca panas ekstrem di Indonesia: akibat gelombang panas/siklus tahunan?
- Written by Muammar Syarif, Podcast Producer
Beberapa pekan terakhir, banyak daerah di Indonesia mengalami cuaca panas. Suhu maksimum setiap daerah tidak menentu dan bervariatif.
Berdasarkan catatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), daerah Ciputat, Tangerang Selatan menjadi kota terpanas[1] dengan suhu mencapai 37,2 C pada tanggal 17 April 2023.
Situasi ini berbarengan dengan terjadinya gelombang panas yang terjadi di beberapa negara di Asia. Di Asia Tenggara sendiri, negara seperti Thailand terkena dampak dari gelombang panas yang tidak biasa bahkan mencapai rekor terpanas negara tersebut, yaitu 45 C.
Apakah cuaca panas yang terjadi di Indonesia adalah dampak dari terjadinya gelombang panas tersebut?
Dalam episode SuarAkademia terbaru, kami berbincang dengan Supari, koordinator bidang analisis variabilitas iklim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Menurut Supari, penyebab suhu panas di Indonesia disebabkan karena adanya gerak semu Matahari dan bukan disebabkan oleh gelombang panas yang terjadi di sebagian negara Asia. Gerak semu Matahari merupakan suatu siklus yang biasa terjadi setiap tahunnya dan potensi suhu udara panas seperti beberapa waktu belakangan dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya. Menurutnya, potensi suhu udara panas di Indonesia sering berulang di bulan April dan Oktober.
Menjawab pertanyaan tentang sampai kapan cuaca panas ekstrem ini berakhir, Supari mengatakan dalam pertengahan Mei 2023 suhu udara di banyak daerah akan berangsur turun seiring berakhirnya periode gerak semu matahari.
Simak episode selengkapnya di SuarAkademia - ngobrol seru isu terkini, bareng akademisi.
References
- ^ Ciputat, Tangerang Selatan menjadi kota terpanas (www.viva.co.id)
Authors: Muammar Syarif, Podcast Producer