Asian Spectator

The Times Real Estate

.

Apakah kucing bisa berduka?

  • Written by Grace Carroll, Lecturer in Animal Behaviour and Welfare, School of Psychology, Queen's University Belfast
Apakah kucing bisa berduka?

Saat kehilangan hewan peliharaan, mungkin bukan hanya kita yang merasa sedih. Penelitian menunjukkan bahwa kucing peliharaan yang tinggal bersama kita juga bisa merasakan duka yang sama.

Duka sering dianggap sebagai respons manusia terhadap kehilangan—namun sejumlah ilmuwan percaya[1] bahwa perasaan ini mungkin berakar dari spesies purba yang telah punah. Burung gagak, primata, serta mamalia laut seperti lumba-lumba dan paus, semuanya menunjukkan perubahan perilaku ketika salah satu anggota keluarga mereka mati. Mereka bahkan memboyong jasad anggota keluarga mereka yang mati[2] selama berhari-hari—tetap berada di dekat mayatnya seakan sedang berjaga-jaga.

Salah satu teori menyebutkan bahwa duka adalah hasil[3] dari respons stres alami akibat perpisahan yang terjadi pada hewan sosial[4]. Menurut teori ini, rasa stres dan kebutuhan untuk mencari tempat berlindung mendorong hewan untuk berkumpul kembali dengan anggota kelompoknya demi kelangsungan hidup mereka. Ketika perpisahan bersifat permanen, seperti kematian, rasa duka itu bisa berlangsung lebih lama.

Meskipun sudah banyak penelitian[5] yang membahas dampak kehilangan hewan peliharaan pada manusia, hanya sedikit yang mengeksplorasi bagaimana kucing menghadapi kehilangan. Hal ini baru diteliti oleh dua psikolog komparatif asal Amerika Serikat (AS), Brittany Greene dan Jennifer Vonk dalam studi mereka yang terbaru[6].

Berbeda dengan hewan sosial pada umumnya, nenek moyang kucing liar kebanyakan adalah hewan soliter yang senang menyendiri. Namun, domestikasi atau pemeliharaan telah mengubah perilaku mereka[7] sehingga kucing liar bisa hidup berkelompok dan membentuk ikatan sosial.

Penelitian Greene dan Vonk menemukan bahwa kucing bisa merasakan duka atas kehilangan hewan peliharaan lainnya. Dalam penelitian mereka terhadap 452 kucing, banyak di antara mereka yang menunjukkan tanda-tanda stres, seperti lebih sering mencari perhatian, acap mengeong, dan mengalami penurunan nafsu makan setelah kematian kawanan mereka. Faktor seperti kekuatan ikatan, waktu yang dihabiskan bersama, dan interaksi sehari-hari menjadi penyebab utama dari rasa duka yang dirasakan kucing.

Cat lies down on blanket
Kucing menunjukkan perubahan perilaku setelah teman mereka meninggal. Julia Cherk[8]

Penelitian ini dikembangkan dari penelitian sebelumnya[9] yang dilakukan oleh peneliti kesejahteraan hewan, Jessica Walker, dan timnya pada 2016. Riset tersebut menelisik bagaimana kucing dan anjing bereaksi terhadap kehilangan kawanannya. Studi yang dilakukan di Selandia Baru dan Australia tersebut menemukan bahwa 75% hewan peliharaan menunjukkan perubahan perilaku, seperti lebih manja dan mengeong dengan nada cemas.

Namun, perlu dicatat bahwa kedua penelitian tersebut mengandalkan persepsi pemilik hewan peliharaan untuk menilai perubahan perilaku piaraan mereka, sehingga bisa saja bias. Meski pemilik hewan peliharaan seringkali paling peka terhadap perubahan kecil pada hewan mereka, pengamatan mereka mungkin juga dipengaruhi oleh perasaan duka dan emosi mereka sendiri.

Ada kemungkinan lain terkait perubahan perilaku hewan setelah kawanan mereka mati. Kehadiran jasad hewan yang mati bisa saja dianggap sebagai tanda bahaya di lingkungan sekitar[10] sehingga memicu perubahan perilaku hewan sebagai bentuk perlindungan diri, bukan respons duka.

Walaupun hal ini belum dipelajari pada kucing rumahan, penelitian terhadap burung Jay semak barat[11] pada 2012 menunjukkan bahwa; melihat anggota spesies mereka yang mati dapat memicu panggilan alarm dan perilaku hewan untuk menghindari bahaya, mirip dengan respons mereka terhadap predator.

Penelitian pada lebah[12] juga menemukan bahwa mereka cenderung tidak mengunjungi bunga yang dihinggapi lebah mati, mungkin sebagai bentuk menghindari risiko serangan.

Hal ini menunjukkan bahwa beberapa perilaku yang kita anggap sebagai duka mungkin sebenarnya adalah respons naluriah hewan untuk bertahan hidup. Misalnya, kucing yang bersembunyi atau mencari tempat tinggi setelah kematian kawanannya bisa jadi bentuk perlindungan, bukan duka.

Pertanyaan kemudian, apakah kucing juga berduka atas kematian pemiliknya? Meski kita ingin percaya bahwa kucing kita akan meratapi kematian kita, sejauh ini sepertinya belum ada penelitian mengenai hal tersebut.

Salah satu perilaku mengganggu yang pernah kita dengar adalah kucing memakan jasad pemiliknya yang mati. Meski kucing sering mendapat reputasi buruk karena hal ini, anjing juga dikenal melakukan hal yang sama.

Faktanya, anjing peliharaan lebih sering[13] melakukan hal ini. Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa perilaku ini mungkin disebabkan oleh rasa lapar, tetapi nyatanya hal serupa juga terjadi ketika banyak makanan tersedia[14].

Teori lain, yang lebih sejalan dengan gagasan duka, adalah bahwa hewan tersebut mencoba membangunkan pengasuhnya, dan ketika upaya ini gagal, mereka mulai menggigit sebagai cara untuk membangunkan mereka[15].

Jadi, pertanyaan apakah kucing benar-benar merasakan duka saat kehilangan kawanannya atau hanya bereaksi terhadap perubahan lingkungan masih belum terjawab sepenuhnya.

References

  1. ^ sejumlah ilmuwan percaya (onlinelibrary.wiley.com)
  2. ^ memboyong jasad anggota keluarga mereka yang mati (www.google.com)
  3. ^ hasil (academic.oup.com)
  4. ^ yang terjadi pada hewan sosial (ro.uow.edu.au)
  5. ^ banyak penelitian (library.oapen.org)
  6. ^ dalam studi mereka yang terbaru (doi.org)
  7. ^ mengubah perilaku mereka (theconversation.com)
  8. ^ Julia Cherk (www.shutterstock.com)
  9. ^ penelitian sebelumnya (www.mdpi.com)
  10. ^ tanda bahaya di lingkungan sekitar (doi.org)
  11. ^ burung Jay semak barat (dx.doi.org)
  12. ^ Penelitian pada lebah (cdnsciencepub.com)
  13. ^ lebih sering (doi.org)
  14. ^ banyak makanan tersedia (doi.org)
  15. ^ membangunkan mereka (doi.org)

Authors: Grace Carroll, Lecturer in Animal Behaviour and Welfare, School of Psychology, Queen's University Belfast

Read more https://theconversation.com/apakah-kucing-bisa-berduka-238429

Magazine

Tidak melulu soal metrik, menggaet ‘influencer’ perlu pendekatan personal, kebebasan, dan kepercayaan

Influencer marketing kini sudah menjadi salah satu instrumen terpenting dalam strategi pengembangan bisnis. Perusahaan-perusahaan di hampir semua sektor mengandalkan kanal media sosial untuk mempromos...

20 tahun pasca-tsunami Aceh, kontribusi perempuan tak diakui, kebijakan daerah masih diskriminatif

Seorang perempuan berdiri di depan Masjid Raya Baiturrahman di Banda Aceh.Bithography/Shutterstock20 tahun sudah Aceh pulih dari tsunami yang menimbulkan duka mendalam bagi Indonesia, khususnya para p...

Riset: Anak pekerja migran yang ditinggalkan hadapi tantangan sosial dan psikologis

Ilustrasi anak-anak di Indonesia.our brain/ShutterstockSetiap tahun, ratusan ribu warga Indonesia pergi ke luar negeri untuk bekerja. Lebih dari lima juta pekerja migran Indonesia (termasuk orang tua ...



NewsServices.com

Content & Technology Connecting Global Audiences

More Information - Less Opinion