Asian Spectator

Implementasi Kurikulum Merdeka belum maksimal: era Prabowo bisa pertimbangkan pembelajaran berbasis seni

  • Written by Harla Sara Octarra, Dosen NUP dan rekan peneliti, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Implementasi Kurikulum Merdeka belum maksimal: era Prabowo bisa pertimbangkan pembelajaran berbasis seni
Prabowo-Gibran yang pencalonannya sebagai Presiden dan Wakil Presiden memantik kontroversi akan bekerja mulai 20 Oktober 2024. Untuk mengawal pemerintahan mereka, kami menerbitkan edisi khusus #PantauPrabowo yang memuat isu-isu penting hasil pemetaan kami bersama TCID Author Network. Edisi ini turut mengevaluasi 10 tahun pemerintahan Joko Widodo, sekaligus menjadi bekal Prabowo-Gibran menjalankan tugasnya. Kurikulum Merdeka fokus pada kebebasan berpikir dan berpikir kreatif setiap siswa[1]. Secara khusus, kurikulum ini mengupayakan pendekatan pembelajaran yang lebih interaktif melalui kegiatan berbasis proyek, memberikan kebebasan kepada sekolah, guru, dan siswa untuk menentukan model pembelajaran yang sesuai, dan menyesuaikan hasil belajar dengan kebutuhan siswa. Pendekatan ini menuntut kemampuan pendidik agar kaya metode interaktif[2] dan mengenal kebutuhan siswanya dengan baik. Masalahnya, paradigma para guru belum selaras[3] dengan paradigma pembelajaran Kurikulum Merdeka. Selain itu, perubahan pendekatan belajar-mengajar dari satu arah (pendidik ke siswa) menjadi interaktif dialogis (antara pendidik dan siswa) memberikan beban baru ke pendidik. Faktanya, tenaga pendidik sudah kewalahan dengan model K13[4]. Sehingga, perlu waktu untuk bertransisi ke kurikulum baru. Terlebih, tidak semua tenaga pendidik mampu beradaptasi[5] cepat dengan perubahan pendekatan belajar mengajar yang ditawarkan Kurikulum Merdeka. Contohnya, sekolah tetap berharap adanya panduan yang baku[6] seperti kurikulum-kurikulum sebelumnya karena sudah terbiasa dengan model demikian. Untuk mengatasi sejumlah tantangan di atas dan memberikan alternatif pendekatan belajar mengajar yang berfokus pada aspek-aspek interaktif dialogis, pemerintahan Prabowo bisa belajar dari proyek penelitian Mobile Arts for Peace (MAP). MAP menggunakan metode-metode berbasis seni budaya dengan tujuan meningkatkan partisipasi anak dan remaja dalam pengambilan keputusan, serta memberi masukan bagi kurikulum nasional dan kebijakan kaum muda, yang dilakukan di Kyrgyzstan, Rwanda, Indonesia dan Nepal antara tahun 2020 hingga 2024[7]. MAP bantu perkuat penerapan Kurikulum Merdeka Mobile Arts for Peace (MAP) menyediakan metode inovatif untuk memperkuat penerapan Kurikulum Merdeka[8] bagi siswa sekolah menengah melalui ‘Pedagogi Loka Pasar MAP’. Pedagogi ini menunjukkan bahwa pembelajaran kritis adalah manfaat dari pendekatan berbasis seni yang disertai dialog lintas generasi. Terdapat empat tahapan persyaratan dalam pedagogi ini, yaitu talk show, refleksi, identifikasi masalah, dan diskusi penyelesaian masalah. 1. Talk show: berdialog dengan pelaku seni Model talk show MAP mempertemukan anak dengan pelaku seni[9] untuk memahami seluk beluk seni dan keterampilan yang dibutuhkan dalam proses berkesenian. Ini menjawab kebutuhan Kurikulum Merdeka yang secara khusus mengupayakan pendekatan pembelajaran yang lebih interaktif. Tujuan kegiatan ini adalah mendapat pengetahuan tentang bentuk seni dalam bahasa yang mudah dipahami anak. Materi dialog ditentukan bersama anak, sehingga dialog mengalir dari pertanyaan-pertanyaan anak tentang bentuk seni yang menjadi keahlian si pelaku seni. 2. Refleksi bersama Seni bertujuan untuk menggugah[10]. Secara sederhana, seni menggugah rasa kita masing-masing yang terlibat dalam proses berkesenian ataupun yang menjadi penikmat hasil karya seni. Pengalaman dari talk show kemudian direfleksikan oleh anak dan pelaku seni, dan menemu kenali pembelajaran masing-masing dan kelompok dari pengalaman tersebut. Refleksi ini dicatat, agar anak-anak dan pelaku seni mengingat makna dan manfaat dari bentuk-bentuk seni yang ada. 3. Identifikasi masalah sosial lewat seni Salah satu instrumen yang dipakai dalam kegiatan MAP[11] untuk memahami masalah adalah instrumen Pohon Masalah[12]. Ibarat pohon, maka masalah utama adalah batang pohon itu sendiri, dan penyebabnya adalah akar, serta akibat masalah diwakili oleh daun atau buah-buah pohon tersebut. Dengan menggambar pohon ini, anak-anak belajar berpikir kritis tentang apa yang mereka anggap sebagai masalah. Masalah eksploitasi seksual remaja, contohnya, dapat ditarik penyebabnya dalam dua tingkatan: langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung meliputi ajakan teman sebaya, sedangkan penyebab tidak langsungnya yaitu kemiskinan dan rendahnya pengawasan orang tua. Pemilihan masalah juga perlu didasarkan pada refleksi lingkungan sekitar. Jika Kurikulum Merdeka berfokus pada menyesuaikan hasil belajar dengan kebutuhan siswa[13], maka proses belajar perlu berangkat dari apa yang menjadi kegalauan siswa itu sendiri. 4. Diskusi penyelesaian masalah Dengan memanfaatkan materi pembelajaran lain seperti video, anak-anak melihat bagaimana bentuk seni digunakan untuk mengurai solusi dari masalah sosial. Setelah itu, anak-anak dapat berdialog dengan pelaku seni bagaimana memilih dan menyampaikan pesan lewat bentuk seni tertentu. Setelah proses ini, latihan keterampilan dan pembuatan karya seni baru dimulai. Seni untuk mendiskusikan solusi ‘Pedagogi Loka Pasar MAP’ tidak memaksa adanya solusi lewat karya seni yang dihasilkan, melainkan memakai bentuk seni yang anak-anak hasilkan sebagai medium dialog dengan para pemangku kepentingan[14] mengenai solusi terhadap permasalahan tersebut. ‘Pedagogi Loka Pasar MAP’ menciptakan ruang perjumpaan antara anak-anak dengan pelaku seni, untuk berdialog dan berkesenian sebagai pendekatan belajar efektif. Manfaat yang diperoleh anak dari ruang perjumpaan ini antara lain adalah belajar tentang dirinya, lingkungannya dan mengomunikasikan masalah serta solusi kreatif dengan, dan melalui, bentuk-bentuk seni. Ini adalah contoh pembelajaran berlandaskan bukti bagi tenaga pendidik dan orang tua mengenai cara menerapkan proses belajar interaktif lewat pengalaman langsung dengan metode berbasis seni. Dengan mengintegrasikan Kurikulum Merdeka dan Pedagogi Loka Pasar MAP, pendidik dapat meniru sikap dan perilaku yang digunakan oleh para pelaku seni. Hal ini meliputi sikap yang mengenali kebutuhan anak dan mengubah peran dari “ahli” menjadi fasilitator, mencoba mengajak anak untuk menemukan makna dan manfaat dari setiap bentuk seni yang dieksplorasi serta menggunakan metode seni yang mudah dipahami dalam teknik dan bahasa penyampaian dengan memberikan contoh praktis[15]. Dengan MAP, proses berkesenian menjadi proses yang menggabungkan kemampuan anak untuk berpikir kritis dengan kreativitas menghasilkan karya seni yang mengomunikasikan pesan yang ingin disampaikan. Proses ini sekaligus membentuk karakter baik seperti lebih percaya diri dan peka terhadap masalah sosial. Artinya, jika pemerintahan Prabowo memang berniat mereplikasi program kerja pemerintahan Joko “Jokowi” Widodo di bidang pendidikan, pedagogi loka pasar MAP bisa menjadi pendekatan alternatif. Sehingga, fokus Kurikulum Merdeka untuk memberikan kebebasan dengan memakai model pembelajaran berbasis masalah riil sesuai kebutuhan siswa, dapat benar-benar terpenuhi. References^ fokus pada kebebasan berpikir dan berpikir kreatif setiap siswa (pskp.kemdikbud.go.id)^ agar kaya metode interaktif (pskp.kemdikbud.go.id)^ paradigma para guru belum selaras (jonedu.org)^ sudah kewalahan dengan model K13 (doi.org)^ tidak semua tenaga pendidik mampu beradaptasi (jbasic.org)^ sekolah tetap berharap adanya panduan yang baku (doi.org)^ antara tahun 2020 hingga 2024 (map.lincoln.ac.uk)^ metode inovatif untuk memperkuat penerapan Kurikulum Merdeka (www.taylorfrancis.com)^ Model talk show MAP mempertemukan anak dengan pelaku seni (www.taylorfrancis.com)^ menggugah (www.detik.com)^ Salah satu instrumen yang dipakai dalam kegiatan MAP (www.taylorfrancis.com)^ Pohon Masalah (kumparan.com)^ menyesuaikan hasil belajar dengan kebutuhan siswa (pusatinformasi.guru.kemdikbud.go.id)^ medium dialog dengan para pemangku kepentingan (www.taylorfrancis.com)^ sikap yang mengenali kebutuhan anak dan mengubah peran dari “ahli” menjadi fasilitator, mencoba mengajak anak untuk menemukan makna dan manfaat dari setiap bentuk seni yang dieksplorasi serta menggunakan metode seni yang mudah dipahami dalam teknik dan bahasa penyampaian dengan memberikan contoh praktis (www.taylorfrancis.com)Authors: Harla Sara Octarra, Dosen NUP dan rekan peneliti, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Read more https://theconversation.com/implementasi-kurikulum-merdeka-belum-maksimal-era-prabowo-bisa-pertimbangkan-pembelajaran-berbasis-seni-234192

Magazine

Implementasi Kurikulum Merdeka belum maksimal: era Prabowo bisa pertimbangkan pembelajaran berbasis seni

Prabowo-Gibran yang pencalonannya sebagai Presiden dan Wakil Presiden memantik kontroversi akan bekerja mulai 20 Oktober 2024.Untuk mengawal pemerintahan mereka, kami menerbitkan edisi khusus #PantauP...

Kelompok penyintas bom atom Jepang sabet Nobel Perdamaian atas upaya penghapusan senjata nuklir

Hadiah Nobel Perdamaian 2024 dianugerahkan kepada Nihon Hidankyo, sebuah organisasi akar rumput di Jepang yang dibentuk oleh penyintas dua bom atom yang dijatuhkan Amerika Serikat (AS) di kota Hiroshi...

Keterampilan tinggi, perlindungan rendah: tantangan legal pekerja asing di Indonesia

ilikeyellow/ShutterstockPrabowo-Gibran yang pencalonannya sebagai Presiden dan Wakil Presiden memantik kontroversi akan bekerja mulai 20 Oktober 2024.Untuk mengawal pemerintahan mereka, kami menerbitk...



NewsServices.com

Content & Technology Connecting Global Audiences

More Information - Less Opinion