Ke mana Elon Musk akan membawa X di era Donald Trump, benarkah aplikasi ini pelan-pelan mulai ditinggalkan?
- Written by Lewis Mitchell, Professor of Data Science; Director, Adelaide Data Science Centre, University of Adelaide
Selama kampanye pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) yang berlangsung baru-baru ini, platform media sosial milik miliarder teknologi Elon Musk, X (sebelumnya bernama Twitter) mencatat rekor penggunaan tertinggi[1].
Musk dan platformnya memainkan peran penting[2] dalam mempromosikan pandangan presiden terpilih Donald Trump.
Hal ini menjadi sesuatu yang sangat dibanggakan oleh Musk. Ketika kemenangan Trump sudah jelas, Musk–yang baru saja ditunjuk[3] sebagai kepala badan pemerintah baru bernama Departemen Efisiensi Pemerintah–buru-buru mengumumkan kepada lebih dari 200 juta pengikutnya[4] di X:
Kalian adalah media sekarang.
Namun, siapa sebenarnya yang akan menjadi “media” di masa depan? Dan bagaimana X kemungkinan akan berubah selama masa kepresidenan Trump yang kedua di tahun mendatang?
Aplikasi segala hal
Rencana Musk untuk X sudah cukup jelas sejak ia menjadi pemilik dan kepala eksekutif platform tersebut pada Oktober 2022. Dalam cuitannya kala itu, ia mengunggah video memboyong wastafel ke kantor Twitter lewat akun pribadinya dengan keterangan “let that sink in[5]!”. Frasa tersebut kurang lebih bermakna “silakan cerna informasi ini hingga paham”, sedangkan sink memiliki makna ganda sebagai kata benda, yaitu wastafel.
Tingkah Musk dengan ‘jokes bapak-bapak’ tersebut menimbulkan banyak spekulasi, ia diduga bakal melakukan “sesuatu” kepada platform media sosial berlogo burung Larry Bird itu.
Benar saja, sekitar setahun kemudian, Musk menyatakan ambisinya untuk mengubah platform X menjadi “everything app[6]” atau “aplikasi segala hal” untuk AS. Dia ingin menciptakan platform untuk pesan, pembayaran, video, dan lainnya, mirip dengan WeChat dari Cina.
Dengan lonjakan kekayaannya pasca-pemilu, yang diperkirakan[7] sekitar US$70 miliar (setara Rp1.114 triliun), menjadi lebih dari US$300 miliar (setara Rp4.777 triliun), Musk kini memiliki modal lebih besar untuk mewujudkan ambisi tersebut.
Musk, dan juga platform X, diperkirakan akan memainkan peran yang lebih besar dan semakin aktif dalam politik AS. Hal ini tidak hanya terkait dengan perannya yang baru diumumkan, di mana ia akan bertanggung jawab untuk memangkas pengeluaran pemerintah.
Sejak pemilu, ia sudah mengunggah berbagai ide-ide dan jajak pendapat. Selain tentang pengurangan pengeluaran pemerintah, ia juga pernah membahas soal siapa yang seharusnya menjadi pemimpin mayoritas Senat AS, hingga deregulasi (disertai humor khasnya “let that sink in”, kali ini langsung dari ruang kerja presiden di Kantor Oval[8]).
Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa Musk baru-baru ini mengubah algoritma X untuk meningkatkan visibilitas unggahannya sendiri[9].
Namun, jalan Musk tentu tak semulus itu. Saat ini ia sedang menghadapi gugatan berkelompok atau class action[10] atas program pemberian hadiah senilai US$1 juta (atau setara Rp15,9 miliar) per hari, yang ia lakukan menjelang pemilihan presiden AS. Para pemilih terdaftar yang ikut menandatangani petisinya untuk kesempatan memenangkan hadiah tersebut kini mengklaim bahwa program tersebut adalah penipuan.
Meningkatnya misinformasi
Teori konspirasi sudah menyebar di X sejak pekan terakhir pemilu, kali ini termasuk klaim tentang adanya campur tangan kelompok politik kiri dalam pemilu[11].
Hal ini menjadi masalah karena pendekatan X saat dalam pengecekan fakta bergantung pada fitur Community Notes yang mengandalkan kontribusi dan suara pengguna pada pemeriksaan fakta untuk setiap unggahan.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa Community Notes terbukti tidak berhasil[12] mengurangi keterlibatan publik dalam misinformasi. Padahal, tahun lalu Musk mengklaim bahwa Community Notes “akan menjadi satu-satunya sumber kebenaran terbaik di internet[13]”.
Berbagai studi menunjukkan misinformasi di X terus meningkat[14], terutama terkait politik AS.
Kemajuan alat AI generatif dan otomatisasi hanya meningkatkan potensi hal-hal seperti operasi pengaruh asing[15] di X pada masa mendatang.
Musk juga telah mencabut akses peneliti akademik [16] terhadap data di X. Hal serupa telah dilakukan platform lain seperti Facebook[17] dan Reddit[18].
Hal ini membuat kita semakin sulit untuk memantau sejauh mana dan seberapa parah misinformasi di platform-platform media sosial tersebut.
Siberbalkanisasi
Jadi, dengan meningkatnya fokus pada politik sayap kanan AS, dan kemungkinan misinformasi yang lebih besar, siapa yang kemungkinan akan tetap berada di X selama masa jabatan kedua Trump?
Sejak pemilu AS, platform media sosial alternatif seperti Bluesky dilaporkan telah menarik 1 juta pengguna baru[19] karena beberapa pengguna mencoba meninggalkan X yang dianggap berpihak ke kalangan ekstrem kanan tersebut.
Analisis kami terhadap data penelusuran Google Trends Amerika Serikat menunjukkan hal yang serupa.
Ada lonjakan singkat dalam pencarian untuk platform sosial milik Trump, Truth Social, pada malam pemilu AS–kemungkinan besar karena banyak orang yang penasaran dengan yang akan dikatakan Trump saat hasil pemilu keluar.
Namun, setelah itu terjadi peningkatan pencarian dari pengguna AS untuk Bluesky, yang konsisten tidak mengalami penurunan ke level sebelum hari pemilu sepanjang akhir pekan berikutnya.
Sebagai perbandingan, kami tidak melihat tren serupa di negara lain seperti Australia, atau peningkatan lalu lintas pencarian untuk platform media sosial lainnya seperti Mastodon, alternatif X yang lebih kecil, atau Threads.
Meski demikian, X masih tetap jauh lebih besar dibandingkan Bluesky, Threads, dan Truth Social dengan selisih pengguna yang besar.
Jika tren ini berlanjut, fenomena siberbalkanisasi[20]“—fenomena fragmentasi atau pemecahan dunia maya menjadi kelompok-kelompok yang terisolasi berdasarkan preferensi, pandangan, atau keyakinan tertentu—bisa semakin nyata.
Hal ini meningkatkan risiko bias konfirmasi dalam komunitas-komunitas tersebut, serta rendahnya daya tahan terhadap disinformasi atau pengaruh asing, sebuah masalah yang sudah cukup parah di AS.
Studi menunjukkan bahwa AS sudah memiliki ketahanan yang rendah[21] terhadap jenis disinformasi ini.
Sayangnya, risiko ini tampaknya akan semakin meningkat bagi X dan penggunanya di masa depan saat kita menuju masa jabatan kedua Trump.
References
- ^ mencatat rekor penggunaan tertinggi (economictimes.indiatimes.com)
- ^ memainkan peran penting (theconversation.com)
- ^ ditunjuk (www.npr.org)
- ^ buru-buru mengumumkan kepada lebih dari 200 juta pengikutnya (x.com)
- ^ let that sink in (x.com)
- ^ everything app (www.theverge.com)
- ^ diperkirakan (www.cnbc.com)
- ^ Kantor Oval (x.com)
- ^ untuk meningkatkan visibilitas unggahannya sendiri (theconversation.com)
- ^ gugatan berkelompok atau class action (www.theguardian.com)
- ^ klaim tentang adanya campur tangan kelompok politik kiri dalam pemilu (www.nytimes.com)
- ^ tidak berhasil (dl.acm.org)
- ^ akan menjadi satu-satunya sumber kebenaran terbaik di internet (www.theverge.com)
- ^ misinformasi di X terus meningkat (theconversation.com)
- ^ operasi pengaruh asing (theconversation.com)
- ^ juga telah mencabut akses peneliti akademik (www.theverge.com)
- ^ Facebook (theconversation.com)
- ^ Reddit (www.infegy.com)
- ^ menarik 1 juta pengguna baru (bsky.app)
- ^ siberbalkanisasi (aisel.aisnet.org)
- ^ ketahanan yang rendah (journals.sagepub.com)
Authors: Lewis Mitchell, Professor of Data Science; Director, Adelaide Data Science Centre, University of Adelaide