Asian Spectator

The Times Real Estate

.

Tak hanya swasembada energi, Sumatra bisa ekspor listrik bersih ke Singapura

  • Written by David Firnando Silalahi, Phd Candidate, School of Engineering, Australian National University
Tak hanya swasembada energi, Sumatra bisa ekspor listrik bersih ke Singapura

Sumatra, salah satu pulau terbesar di Indonesia, memiliki potensi energi terbarukan yang besar. Sinar matahari yang menyinari pulau ini, misalnya, bisa menghasilkan listrik dari jutaan panel surya dengan kapasitas sangat besar (sekitar 48.000 terrawatt jam/TWh per tahun)[1].

Sayangnya, saat ini listrik Sumatra sebagian besar masih berasal dari energi fosil, terutama batu bara dan gas bumi, yang menyumbang sekitar 68%[2] dari total bauran energi di Sumatra. Pembakaran batu bara memperparah perubahan iklim[3].

Sumatra—sebagaimana region lainnya di Indonesia—sebenarnya bisa mengurangi ketergantungan energi fosil secara bertahap. Kawasan ini juga berpotensi mencapai swasembada energi bersih pada 2050[4].

Bukan hanya itu, tren penurunan harga panel surya[5] semakin membuat energi terbarukan menjadi bisnis yang sangat menjanjikan. Dengan potensinya yang besar[6], Sumatra bisa mengekspor listriknya ke negara tetangga, seperti Singapura. Opsi ini, selain membantu mengurangi emisi karbon dengan energi bersih di sana, juga dapat mendongkrak pendapatan daerah di Sumatra.

Singapura butuh energi bersih

Singapura adalah negara dengan aktivitas ekonomi besar, penggunaan energi besar, meskipun wilayahnya kecil. Saat ini, Singapura sangat bergantung pada bahan bakar fosil impor[7] terutama gas alam untuk menyalakan pembangkit listriknya.

Meskipun Singapura berambisi menuju nol karbon dengan menggunakan energi bersih[8], negara ini tidak memiliki potensi sumber energi terbarukan yang mencukupi. Dari hasil perhitungan para pakar, hanya terdapat 37 kilometer persegi yang dapat digunakan Singapura untuk memasang panel surya yang setara kapasitas 8,6 gigawatt (GW)[9]. Ini hanya cukup memenuhi 10% dari kebutuhan listrik Singapura sebesar 55 terrawatt jam (TWh) setahun[10].

Di lain pihak, penggunaan pembangkit listrik tenaga surya berskala besar di lepas pantai juga terbatas oleh perairan teritorial negara tetangga dan tumpang tindih dengan jalur pelayaran.

Karena itu, untuk memenuhi kebutuhan energi bersihnya, Singapura mengimpor dari Laos dan Malaysia. Singapura juga telah mengumumkan rencana impor sejumlah besar energi surya dari tetangga, termasuk Indonesia, Vietnam, Kamboja, dan Australia.[11][12]

Bagaimana cara Sumatra ekspor listrik?

Saat ini, beberapa perusahaan telah memperoleh izin impor listrik tenaga surya dari Kepulauan Riau ke Singapura[13] melalui kabel tranmsisi bawah laut. Kabel ini dapat diperpanjang hingga menghubungkan sistem Sumatra dan Kepulauan Riau.

Namun, agar penggunaannya optimal dan efisien, kabel ini perlu dipadukan dengan penyimpanan energi (storage) untuk mengalirkan listrik yang andal tanpa henti selama 24 jam.

Salah satu teknologi penyimpanan yang bisa dipakai adalah fasilitas energi pompa air (pumped hydro energy storage atau PHES)[14]. PHES menggunakan kelebihan listrik energi surya pada siang hari untuk menyedot air ke penyimpanan. Saat dibutuhkan, PHES melepas air untuk menggerakkan turbin dan menyalakan listrik yang langsung mengalir ke Singapura.

Menurut hasil penelitian kami, Sumatra memiliki opsi PHES yang sangat baik[15] di barat pulau, di sekitar jalur pegunungan bukit barisan. Sebagai contoh, terdapat satu potensi di daerah sekitar Payakumbuh, Sumatra Barat, yang berjarak sekitar 400 km dari Singapura.

Untuk mengekspor listrik ke Singapura, Sumatra membutuhkan pemasangan PLTS sekitar 10 GW. Kapasitas ini, menurut perhitungan kami, akan mampu memproduksi listrik 13 TWh per tahun.

Dari kapasitas produksi tersebut, sekitar 9 TWh produksi listrik dapat diekspor ke Singapura. Artinya, ada kelebihan produksi energi surya sebanyak 4 TWh per tahun yang dapat dialirkan ke sistem kelistrikan Sumatra untuk menerangi bangunan-bangunan.

PLTS dapat dipasang di sepanjang rute kabel transmisi Payakumbuh - Singapura (ditunjukkan dengan warna merah pada gambar di bawah). Kabel ini juga akan bersilangan dengan jaringan transmisi Sumatra utara - selatan, sehingga cocok menjadi lokasi untuk PLTS.

Ilustrasi jalur transmisi listrik yang menghubungkan potensi PHES di Sumatera dengan Singapura. PLTS dapat dibangun di sepanjang rute transmisi tersebut (garis warna merah). Author provided.

Untuk melaksanakan proyek ini, Singapura dapat menanggung biaya investasinya. Sebagai gantinya, Indonesia menyediakan lahan untuk sistem PLTS dan PHES tersebut.

Lebih menguntungkan dari gas bumi

Berdasarkan perhitungan kami, produksi listrik dengan PLTS dan PHES akan memakan biaya sekitar US$15 miliar (setara Rp 240 triliun)[16] dengan asumsi nilai tukar Rp. 15.800 per US Dollar. Biaya ini tidak termasuk biaya transmisi ke Singapura.

Sekilas, ongkos tersebut terlihat besar. Namun, dengan asumsi umur proyek selama 30 tahun dan tingkat diskonto riil (tanpa inflasi) sebesar 5%, biaya produksi listrik ini berkisar US$8 cent/kWh atau Rp 1260/kWh?. Biaya tersebut lebih murah jika dibandingkan dengan biaya produksi listrik berbasis gas fosil di Singapura yaitu sebesar US$17 cent/kWh[17] atau Rp.2600/kWh.

Pengembang juga dapat memperoleh keuntungan dari energi bersih. Sebab, tarif listrik yang dibayar oleh konsumen Singapura saat ini sebesar US$20 cent/kWh[18] atau Rp.3160/kWh. Margin keuntungan bisa jadi lebih besar apabila Singapura menerapkan pajak karbon dari produksi listrik berbahan bakar fosil.

Segera menyambar peluang

Investor dan otoritas wilayah terkait di Indonesia perlu bertindak cepat untuk memulai ekspor listrik agar tidak tersalip Malaysia. Sebab, Malaysia juga memiliki peluang dan keuntungan yang tidak jauh berbeda apabila mengekspor listrik ke Singapura.

Negara bagian Sarawak, misalnya, memiliki Waduk Bakun dan Waduk Murum yang dapat menjadi lokasi pemasangan lebih dari 100 GW PLTS terapung. Kedua waduk juga dapat dijadikan sebagai PHES berkapasitas besar[19]. Dengan jarak yang hampir sama ke Singapura, maka biaya produksi listrik ditambah transmisi tidak akan jauh berbeda dengan listrik dari Sumatera.

Perbandingan skenario proyek listrik dari tiga negara untuk Singapura. Author provided.

Kami juga menelaah opsi ekspor listrik lainnya dari Northern Territory, Australia, ke Singapura. Radiasi matahari Australia memang lebih baik dibandingkan Indonesia. Namun, jarak yang lebih jauh (4300 km dari Singapura)[20] juga menciptakan rugi daya yang besar, selain biaya pembangunan transmisi listriknya yang lebih mahal.

Langkah ke depan

Fakta bahwa Singapura tidak mempunyai sumber energi bersih memadai untuk kebutuhan domestik merupakan peluang bisnis tersendiri bagi Indonesia.

Dengan tetap memperhatikan keamananan pasokan listrik dalam negeri, Pemerintah sebaiknya mendorong para pengembang untuk segera merealisasikan proyek ekspor listrik dari Kepulauan Riau sebagai tahap awal. Ribuan lapangan kerja hijau (green jobs) akan tersedia sehingga mampu mendongkrak kinerja pertumbuhan ekonomi setempat.

Selain itu, keberadaan proyek ekspor listrik dari energi surya ke Singapura ini akan menambah pasar produksi panel surya dalam negeri.

Apabila Singapura memutuskan akan mengandalkan pasokan listrik dari Indonesia, bukan mustahil keran impornya akan terus mengalir bahkan membesar. Oleh karena itu, PT PLN (Persero) dan para pengembang bisa memulai studi kelayakan yang lebih lengkap untuk memetakan potensi ekspor listrik dari Sumatra. Untuk mengoptimalkan pemanfaatan kapasitas transmisi, potensi energi surya dapat dipadukan dengan tenaga air, panas bumi, PHES, yang potensinya juga banyak tersedia di Sumatra[21].

PT PLN (Persero) dapat merencanakan lebih baik lagi untuk pembangunan transmisi dengan rute yang mendukung evakuasi daya listrik ke Kepulauan Riau dan Singapura. Harapannya, kedua negara bisa mewujudkan kerja sama yang saling menguntungkan dan ramah lingkungan.

References

  1. ^ (sekitar 48.000 terrawatt jam/TWh per tahun) (theconversation.com)
  2. ^ sekitar 68% (fokusenergi.com)
  3. ^ memperparah perubahan iklim (www.un.org)
  4. ^ swasembada energi bersih pada 2050 (doi.org)
  5. ^ tren penurunan harga panel surya (www.pv-magazine.com)
  6. ^ potensinya yang besar (www.mdpi.com)
  7. ^ Singapura sangat bergantung pada bahan bakar fosil impor (www.ema.gov.sg)
  8. ^ berambisi menuju nol karbon dengan menggunakan energi bersih (www.nccs.gov.sg)
  9. ^ setara kapasitas 8,6 gigawatt (GW) (www.seris.nus.edu.sg)
  10. ^ sebesar 55 terrawatt jam (TWh) setahun (www.ema.gov.sg)
  11. ^ Laos dan Malaysia (ember-energy.org)
  12. ^ Indonesia, Vietnam, Kamboja, dan Australia. (www.ema.gov.sg)
  13. ^ impor listrik tenaga surya dari Kepulauan Riau ke Singapura (www.ema.gov.sg)
  14. ^ (pumped hydro energy storage atau PHES) (theconversation.com)
  15. ^ Sumatra memiliki opsi PHES yang sangat baik (www.mdpi.com)
  16. ^ akan memakan biaya sekitar US$15 miliar (setara Rp 240 triliun) (www.pv-magazine.com)
  17. ^ US$17 cent/kWh (www.straitstimes.com)
  18. ^ US$20 cent/kWh (www.ema.gov.sg)
  19. ^ Kedua waduk juga dapat dijadikan sebagai PHES berkapasitas besar (premierdept.sarawak.gov.my)
  20. ^ (4300 km dari Singapura) (www.straitstimes.com)
  21. ^ banyak tersedia di Sumatra (www.mdpi.com)

Authors: David Firnando Silalahi, Phd Candidate, School of Engineering, Australian National University

Read more https://theconversation.com/tak-hanya-swasembada-energi-sumatra-bisa-ekspor-listrik-bersih-ke-singapura-244836

Magazine

From pop songs to baby names: How Simeulue Island’s ‘smong’ narrative evolves post-tsunami

Simelulue men gather to perform 'nandong,' a traditional local song.(Jihad fii Sabilillah/Youtube), CC BY20 years have passed since the Aceh tsunami, leaving deep scars on Indonesia, especially for th...

Tak hanya swasembada energi, Sumatra bisa ekspor listrik bersih ke Singapura

PLTS di Singapura.(Kandl Stock/Shutterstock)Sumatra, salah satu pulau terbesar di Indonesia, memiliki potensi energi terbarukan yang besar. Sinar matahari yang menyinari pulau ini, misalnya, bisa meng...

Indonesia’s BRICS agenda: 2 reasons Prabowo’s foreign policy contrasts with Jokowi’s

Ilustrasi-ilustrasi bendera negara anggota BRICS dan mitra.justit/ShutterstockIndonesia’s decision to pursue membership in BRICS – an emerging economy bloc comprising Brazil, Russia, India...



NewsServices.com

Content & Technology Connecting Global Audiences

More Information - Less Opinion