Asian Spectator

The Times Real Estate

.

Gencatan senjata Israel-Hamas bukan akhir dari perang yang menghancurkan

  • Written by Marika Sosnowski, Postdoctoral research fellow, The University of Melbourne
Gencatan senjata Israel-Hamas bukan akhir dari perang yang menghancurkan

Setelah 467 hari berlangsung serangan Israel di wilayah Gaza, Palestina,[1], Hamas dan Israel akhirnya menyepakati gencatan senjata[2]. Kesepakatan tersebut akan mulai berlaku pada hari Minggu, karena menunggu persetujuan pemerintah Israel.

Perjanjian gencata senjata sebenarnya tidak akan mengakhiri perang ataupun membawa perdamaian. Gencatan senjata bukanlah obat mujarab untuk perang serta dampaknya, termasuk trauma, pengungsian, kelaparan, dan kematian, yang telah dialami oleh orang-orang Israel dan Palestina, baik sebelum maupun setelah 7 Oktober. Penderitaan tersebut sudah pasti akan terus ditanggung oleh mereka, jauh setelahnya.

Gencatan senjata kali ini, meskipun bukan akhir dari perang, menandai awal dari babak baru bagi Palestina, terutama penduduk di Gaza, dan Israel.

Tentang gencatan senjata kali ini

Ketentuan gencatan senjata, setidaknya untuk fase pertama, sangat rinci sehingga implementasinya kemungkinan akan efektif.

Rencana gencatan senjata Israel-Hamas, sebagian besar berdasarkan kesepakatan 27 Mei 2024.
Rencana gencatan senjata Israel-Hamas, sebagian berdasarkan perjanjian 27 Mei 2024. The Conversation, CC BY-SA[3]

Secara struktur dan konten, gencatan senjata ini sangat mirip dengan banyak gencatan senjata lainnya yang telah diusulkan[4] tahun lalu, termasuk gencatan senjata 7+2 hari[5] yang disepakati pada November 2023.

Namun, berbeda dengan usulan gencatan senjata sebelumnya, perjanjian ini dirancang untuk bertahan lebih lama dengan tiga fase yang berbeda. Masing-masing fase berlangsung selama 42 hari (6 pekan).

Seperti yang dikatakan[6] oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, kesepakatan ini “persis seperti kerangka kesepakatan yang saya usulkan pada bulan Mei”.

Selama fase pertama, akan ada penangguhan sementara operasi militer oleh Israel dan Hamas. Ini juga mencakup penarikan pasukan Israel di timur menuju perbatasan antara Israel dan Gaza dan menjauh dari daerah padat penduduk.

Selain itu, aktivitas udara juga (untuk tujuan militer dan pengintaian) akan ditangguhkan di Jalur Gaza, terutama ketika sandera dibebaskan.

Penangguhan aktivitas udara juga terjadi selama gencatan senjata November 2023, yang memberi waktu bagi penduduk Palestina untuk “istirahat” dari pemboman. Penangguhan juga menjadi jaminan kepada Hamas bahwa Israel tidak menggunakan drone untuk mengawasi dan menebak berapa banyak sandera yang mungkin masih mereka miliki, di mana mereka menyimpan sandera, dan bagaimana serta ke mana mereka memindahkannya.

Selain itu, sejak hari pertama perjanjian mulai berlaku, sejumlah besar bantuan kemanusiaan, bahan bantuan, dan bahan bakar akan diizinkan masuk ke Gaza.

Bahan bakar diperlukan untuk operasi pembangkit listrik[7] dan sistem sanitasi di Gaza, serta untuk mesin berat yang berfungsi membersihkan dan menghilangkan puing-puing.

Membangun kembali infrastruktur Jalur Gaza yang hancur, termasuk rumah sakit, klinik, dan toko roti[8] (sumber makanan utama bagi warga Gaza) akan menjadi pekerjaan rumah yang sangat panjang.

Perjanjian yang timpang

Dinamika kekuasaan antara Israel dan Hamas ketika perjanjian ini dinegosiasikan bisa dikatakan sangat tidak seimbang. Selama 15 bulan terakhir, Israel telah menunjukkan bahwa mereka memiliki kekuatan militer yang jauh lebih unggul dibandingkan Hamas.

Sampai sekarang, Israel siap untuk mengabaikan satu kartu politik yang dimiliki Hamas: pembebasan para sandera[9] yang diambil kelompok tersebut pada 7 Oktober.

Dengan demikian, ketentuan perjanjian tersebut dapat dianggap timpang[10] dan dipaksakan oleh satu pihak (dalam hal ini Israel) kepada pihak lainnya karena ketidakseimbangan kekuatan yang sangat besar.

Selama 12 bulan terakhir, Hamas telah beberapa[11] kali[12] menyetujui[13] sejumlah usulan gencatan senjata hanya untuk melihat syarat-syaratnya diubah[14] oleh Israel. Ujung-ujungnya tidak ada kesepakatan yang tercapai.

Hamas pun telah mencoba[15] mengubah syarat-syarat gencatan senjata. Namun, karena perbedaan kekuatan, Hamas selalu gagal dalam menekan Israel untuk menyetujui tuntutan mereka.

Untuk mencapai kesepakatan, Hamas telah mengabaikan dua tuntutan utamanya: penarikan penuh pasukan Israel dari Jalur Gaza dan gencatan senjata permanen.

Perjanjian gencatan senjata kali ini memiliki tiga fase. Pada fase pertama, Israel berpotensi membebaskan ribuan tahanan Palestina sebagai imbalan untuk 33 sandera. Kurang dari 60 sandera[16] diperkirakan masih hidup.

Namun faktanya, pada masa lalu, Israel juga menangkap orang-orang Palestina lain[17] atau menangkap kembali[18] sandera yang sempat dibebaskan di bawah kesepakatan serupa.

Jenis perjanjian yang timpang ini juga terjadi selama perang saudara Suriah. Di sana, mereka disebut sebagai perjanjian rekonsiliasi[19].

Perjanjian gencatan senjata tersebut pada dasarnya dipaksakan oleh rezim Bashar al-Assad dari Suriah dan Rusia terhadap komunitas yang dikuasai pemberontak. Assad mengepung, membombardir, dan membiarkan mereka kelaparan selama bertahun-tahun. Hubungan kekuasaan yang tidak setara antara pihak-pihak dalam perjanjian ini membuat komunitas-komunitas tersebut memiliki sedikit atau bahkan tidak ada kekuatan tawar-menawar dalam mengajukan syarat dan pelaksanaannya.

Apa yang tidak kita ketahui

Pada hari ke-16 setelah perjanjian gencatan senjata Israel-Hamas mulai berlaku, kedua belah pihak akan memulai negosiasi tidak langsung mengenai fase berikutnya. Tahap berikutnya itu akan mencakup pembebasan lebih banyak sandera dan tahanan serta kelanjutan gencatan senjata.

Namun, saat ini tidak ada jaminan tertulis bahwa gencatan senjata akan berlanjut setelah fase pertama jika tidak ada kesepakatan yang dicapai untuk fase kedua.

Untuk kesepakatan serupa yang sebelumnya ada di meja, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan[20] bahwa dia akan melanjutkan perang untuk menghancurkan Hamas setelah fase awal.

Seorang laki-laki berpakaian jas memberikan pidato di depan dua bendera Israel di sebuah podium Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebelumnya tidak ingin menghentikan pertempuran sepenuhnya. MAYA ALLERUZZO / POOL/EPA[21]

Lebih lanjut, perjanjian gencatan senjata menetapkan bahwa pasukan Israel akan mundur ke timur menuju perbatasan antara Gaza dan Israel. Salah satu tuntutan[22] awal Hamas untuk gencatan senjata dengan Israel adalah agar pasukan Israel menarik diri sepenuhnya dari Gaza.

Ketentuan gencatan senjata menunjukkan bahwa pasukan Israel akan tetap berada di zona penyangga di sepanjang perbatasan secara lebih permanen. Israel juga berpotensi[23] tinggal lebih lama di Koridor Philadelphi dan sepanjang Sumbu Netzarim.

Di wilayah yang hanya sepanjang 40 kilometer dan lebar antara lima hingga 13 kilometer ini, keberadaan militer Israel yang terus berlanjut di tanah Palestina mengindikasikan bahwa tanah tersebut tidak dapat digunakan untuk kehidupan sipil, termasuk untuk rumah atau lahan pertanian. Ini membuat Jalur Gaza yang sudah padat penduduk menjadi semakin padat, serta mengabaikan hak-hak pemilik tanah Palestina di daerah-daerah ini.

Kami juga tidak tahu bagaimana gencatan senjata ini akan memengaruhi perhitungan Israel di Tepi Barat, atau di Lebanon dan gencatan senjata lemahnya dengan Hizbullah. Di Lebanon, serangan terus terjadi setiap hari. Kedua belah pihak saling menuduh[24] melanggar kesepakatan. Tahap pertama dari perjanjian gencatan senjata tersebut, yang berlangsung selama 60 hari, akan berakhir pada 26 Januari 2025.

Apa yang akan terjadi selanjutnya?

Meskipun gencatan senjata secara teknis tidak mengikat secara hukum, kesepakatan semacam ini dapat dianggap sebagai kontrak antara pihak-pihak yang berperang.

Gencatan senjata ini, setidaknya untuk fase pertama, memiliki ketentuan yang rinci, termasuk peta–yang proses mencapai kesepakatannya cukup memakan waktu bagi pihak-pihak terkait.

Ini membuat perjanjian ini lebih mungkin untuk benar-benar dilaksanakan. Sebab, komitmen kedua belah pihak dapat lebih mudah dipegang atas apa yang telah mereka setujui dengan pihak eksternal, termasuk Qatar, Mesir, dan AS sebagai penjamin gencatan senjata.

Istilah-istilah yang lebih samar, seperti yang telah kita lihat dalam gencatan senjata[25] antara Israel dan Hizbullah di Lebanon, Penghentian Permusuhan 2016 di Suriah[26] atau dengan Taliban di Pakistan[27] memberikan ruang lebih dan potensi bagi pihak-pihak lain untuk bergerak dan menyalahkan pihak lain atas pelanggaran perjanjian.

Perang antara Hamas dan Israel tentu saja belum berakhir. Gencatan senjata ini hanya menandai awal dari fase baru.

Ini memang langkah yang melegakan, yang patut disambut baik karena merupakan opsi yang paling baik untuk saat ini guna menghentikan kekerasan perang untuk sementara waktu.

Meski demikian, dengan fakta bahwa sudah lebih dari seribu rakyat Israel dan 46 ribu rakyat Palestina tewas—lebih banyak lagi yang kehilangan tempat tinggal, dan hancurnya Jalur Gaza disertai potensi trauma yang dialami jutaan orang, penghentian kekerasan untuk sementara seperti ini jelas bukan jaminan perdamaian.

Orang Palestina dan Israel, bahkan mungkin dunia, akan hidup dengan dampak yang diakibatkan oleh perang 467 hari terakhir ini selama bertahun-tahun yang akan datang.

References

  1. ^ 467 hari berlangsung serangan Israel di wilayah Gaza, Palestina, (www.aljazeera.com)
  2. ^ menyepakati gencatan senjata (www.middleeasteye.net)
  3. ^ CC BY-SA (creativecommons.org)
  4. ^ diusulkan (arabcenterdc.org)
  5. ^ gencatan senjata 7+2 hari (www.abc.net.au)
  6. ^ dikatakan (www.haaretz.com)
  7. ^ pembangkit listrik (www.aljazeera.com)
  8. ^ toko roti (www.reuters.com)
  9. ^ para sandera (www.timesofisrael.com)
  10. ^ timpang (lieber.westpoint.edu)
  11. ^ beberapa (www.france24.com)
  12. ^ kali (www.bbc.com)
  13. ^ menyetujui (www.jpost.com)
  14. ^ diubah (www.usatoday.com)
  15. ^ mencoba (www.haaretz.com)
  16. ^ 60 sandera (www.washingtonpost.com)
  17. ^ menangkap orang-orang Palestina lain (www.aljazeera.com)
  18. ^ menangkap kembali (www.theguardian.com)
  19. ^ perjanjian rekonsiliasi (www.middleeasteye.net)
  20. ^ menegaskan (edition.cnn.com)
  21. ^ MAYA ALLERUZZO / POOL/EPA (photos.aap.com.au)
  22. ^ tuntutan (www.timesofisrael.com)
  23. ^ berpotensi (apnews.com)
  24. ^ saling menuduh (www.aljazeera.com)
  25. ^ gencatan senjata (lieber.westpoint.edu)
  26. ^ Suriah (www.theguardian.com)
  27. ^ Taliban di Pakistan (www.peaceagreements.org)

Authors: Marika Sosnowski, Postdoctoral research fellow, The University of Melbourne

Read more https://theconversation.com/gencatan-senjata-israel-hamas-bukan-akhir-dari-perang-yang-menghancurkan-247695

Magazine

Asal muasal istilah ‘Raja Jawa’ dan bahayanya bagi demokrasi Indonesia

Presiden Joko "Jokowi" WidodoPada pertengahan 2024 lalu, sempat viral pernyataan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengenai “Raja Jawa”. Istilah tersebut ia lo...

Gencatan senjata Israel-Hamas bukan akhir dari perang yang menghancurkan

Setelah 467 hari berlangsung serangan Israel di wilayah Gaza, Palestina,, Hamas dan Israel akhirnya menyepakati gencatan senjata. Kesepakatan tersebut akan mulai berlaku pada hari Minggu, karena menun...

Sisi gelap perbudakan modern di balik industri AI: Upah rendah hingga eksploitasi tenaga kerja

Olena Yakobchuk/ShutterstockDi pabrik-pabrik industri, kafe internet yang sempit, dan kantor-kantor rumahan di seluruh dunia, jutaan orang duduk di depan komputer sambil melakukan pekerjaan yang membo...