Buntut ketegangan Trump-Zelensky: Akan seperti apa hubungan AS dengan Ukraina, Eropa, dan global?
- Written by Ayu Anastasya Rachman, Dosen Hubungan Internasional, Universitas Bina Mandiri Gorontalo

Pada 28 Februari 2025, pertemuan antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Oval Office berakhir dengan cara yang menegangkan dan tidak terduga[1]. Agenda awal untuk membahas kerja sama sumber daya mineral[2] dan upaya perdamaian Ukraina-Rusia justru berubah menjadi adu mulut[3] yang disaksikan langsung oleh awak media.
Trump terang-terangan memarahi Zelenskyy, bahkan terkesan “mengusirnya”[4] dari pertemuan tersebut. Zelenskyy meninggalkan Gedung Putih tanpa menuai kesepakatan apa pun.
Konfrontasi ini memengaruhi dinamika diplomasi global. Perseteruan Trump dan Zelenskyy berisiko mengubah sikap AS terhadap Ukraina, serta memengaruhi hubungan AS dengan Eropa secara umum. Indonesia pun perlu belajar banyak dari insiden ini.
Keretakan hubungan AS-Ukraina
Ketegangan antara Trump dan Zelenskyy membuka awal keretakan hubungan antara Washington dan Kyiv di periode kedua kepemimpinan Trump. Seluruh dunia tahu bahwa selama tiga tahun terakhir, Ukraina sangat bergantung pada dukungan AS[5] dalam perang melawan invasi Rusia.
Insiden ini sejatinya dapat merusak hubungan personal kedua pemimpin[7] dan menimbulkan kekhawatiran mendalam mengenai keberlanjutan dukungan AS[8] terhadap Ukraina. Pemerintah Ukraina berada pada posisi dilematis.
Zelenskyy sebenarnya sadar[9] bahwa Ukraina tidak bisa sepenuhnya berseberangan dengan AS, mengingat nasib negaranya masih sangat bergantung pada bantuan militer dan finansial dari Washington.
Di sisi lain, ia juga perlu menjaga martabat negara, kepercayaan rakyat dan moral pasukannya yang berada di tengah perang. Pemerintah Ukraina kemudian memberi sinyal[10] bahwa Ukraina teguh pada posisinya melawan agresi Rusia meski mendapat tekanan dari sekutu sendiri.
Langkah Zelenskyy menghubungi berbagai pemimpin Eropa[11], seperti Presiden Prancis Emmanuel Macron, Sekjen NATO Mark Rutte, dan Presiden Dewan Eropa Antonio Costa untuk berkonsultasi dan menggalang dukungan menunjukkan upaya Ukraina dalam memvariasikan dukungan internasionalnya. Upaya ini mencerminkan kekhawatiran Ukraina bahwa ketegangan dengan Trump bisa berujung pada berkurangnya bantuan AS.
Kepercayaan Ukraina terhadap AS kurang lebih akan berkurang, meski hubungan diplomatik tampaknya akan tetap dijaga di depan layar. Konfrontasi di Oval Office menunjukan bahwa politik domestik AS bisa sewaktu-waktu mengorbankan kepentingan sekutu kecil seperti Ukraina.
Hubungan AS-Eropa ikut goyah
Trump rupanya membawa gaya diplomasi AS[12] memasuki fase baru yang lebih keras dan tidak terduga. Jika sebelumnya pemimpin negara berusaha menjaga perbedaan dan perdebatan tetap tertutup rapat demi stabilitas aliansi, gaya Trump yang konfrontatif cukup mengguncang tatanan diplomasi global pascaperang dingin.
Bagi negara-negara sekutu di Eropa, insiden Trump-Zelenskyy menjadi alarm bagi arah kebijakan luar negeri AS di bawah Trump[14]. Trump terlihat “melunak” terhadap Putin[15] dan lebih realistis dalam mendukung Kyiv.
Banyak pemimpin negara Uni Eropa terang-terangan menyatakan dukungan mereka[16] kepada Zelensky pascainsiden tersebut melalui berbagai platform dan kesempatan. Reaksi ini mencerminkan kekhawatiran mendalam[17] bahwa AS akan jadi mitra yang sulit diandalkan.
Pada periode pertama, Trump telah melemahkan kepercayaan transatlantik, contohnya dengan menyebut Uni Eropa sebagai “musuh”[18] dalam perdagangan, meragukan komitmen NATO[19], dan menarik AS dari perjanjian iklim Paris dan WHO[20]. Pada periode kedua, ia tidak hanya mengulangi kebijakan tersebut, bahkan meluncurkan perang dagang dengan Kanada[21]. Kembalinya gaya konfrontatif Trump sekarang tentu membuat Eropa lebih waspada terhadap AS.
Buntunya pertemuan Trump-Zelenskyy ini mendorong Eropa agar lebih siap mengambil tindakan mandiri[22]. Inggris[23] segera mengagendakan pertemuan darurat para pemimpin Eropa bersama Zelenskyy di London untuk membahas jaminan keamanan bagi Ukraina. Uni Eropa juga menegaskan komitmen melanjutkan bantuan militer maupun ekonomi ke Ukraina[24] secara kolektif.
Jika Washington di era Trump terus bersikap unilateral dan sulit ditebak, Eropa bisa saja memandang AS bukan lagi sebagai pelindung yang konsisten dan bisa diandalkan, melainkan mitra yang setiap saat bisa berbelok arah. Lunturnya rasa saling percaya akan menjadi tantangan serius bagi aliansi Barat dalam menghadapi ancaman bersama seperti Rusia.
Babak baru diplomasi global
Konfrontasi di Oval Office tersebut menjadi semacam wake-up call bahwa era diplomasi global mungkin tengah berubah memasuki babak baru yang lebih tidak pasti. Ke depan, stabilitas global akan sangat bergantung pada bagaimana para pemimpin negara menyeimbangkan sikap tegas dengan kebijaksanaan dalam menjalankan diplomasi.
Meskipun tidak terlibat langsung dalam ketegangan ini, Indonesia dapat mengambil pelajaran dalam menghadapi tekanan dari negara-negara besar, baik dalam negosiasi perdagangan, pertahanan, maupun isu strategis lainnya.
Dengan posisi strategis di Indo-Pasifik, Indonesia memiliki peluang untuk memperkuat peran diplomatiknya melalui pendekatan berbasis dialog dan konsensus, memastikan bahwa hubungan internasional tidak didominasi oleh praktik kekerasan yang merugikan kedaulatan dan kepentingan nasionalnya.
Ini termasuk memastikan keterlibatan dalam blok ekonomi apa pun (seperti BRICs+) tetap sejalan dengan prinsip bebas aktif, menghindari diri terjebak dalam persaingan kekuatan besar yang dapat membatasi fleksibilitas diplomasi Indonesia.
References
- ^ cara yang menegangkan dan tidak terduga (www.kompas.id)
- ^ membahas kerja sama sumber daya mineral (www.csis.org)
- ^ berubah menjadi adu mulut (thehill.com)
- ^ bahkan terkesan “mengusirnya” (www.tempo.co)
- ^ sangat bergantung pada dukungan AS (www.state.gov)
- ^ Steve Travelguide/Shutterstock (www.shutterstock.com)
- ^ merusak hubungan personal kedua pemimpin (www.washingtonpost.com)
- ^ keberlanjutan dukungan AS (www.aljazeera.com)
- ^ Zelenskyy sebenarnya sadar (www.dw.com)
- ^ memberi sinyal (carnegieendowment.org)
- ^ menghubungi berbagai pemimpin Eropa (www.bbc.com)
- ^ gaya diplomasi AS (thefridaytimes.com)
- ^ Alexandros Michailidis/Shutterstock (www.shutterstock.com)
- ^ arah kebijakan luar negeri AS di bawah Trump (edition.cnn.com)
- ^ “melunak” terhadap Putin (english.elpais.com)
- ^ terang-terangan menyatakan dukungan mereka (kumparan.com)
- ^ mencerminkan kekhawatiran mendalam (getthewordout.com.au)
- ^ menyebut Uni Eropa sebagai “musuh” (edition.cnn.com)
- ^ meragukan komitmen NATO (www.brookings.edu)
- ^ menarik AS dari perjanjian iklim Paris dan WHO (www.europarl.europa.eu)
- ^ meluncurkan perang dagang dengan Kanada (www.pbs.org)
- ^ lebih siap mengambil tindakan mandiri (www.ndtv.com)
- ^ Inggris (apnews.com)
- ^ melanjutkan bantuan militer maupun ekonomi ke Ukraina (www.npr.org)
Authors: Ayu Anastasya Rachman, Dosen Hubungan Internasional, Universitas Bina Mandiri Gorontalo