Dari IndoMY hingga Suga berpeci: Uniknya praktik bahasa K-Popers kita
- Written by Nurenzia Yannuar, Assistant professor, Universitas Negeri Malang

● Fans K-pop di Indonesia suka berpindah-pindah bahasa untuk mengekspresikan identitas mereka.
● Nama fandom, kata sapaan, dan istilah khas fandom K-pop di Indonesia mencerminkan identitas lokal sekaligus global.
● Tidak hanya muncul dalam interaksi penggemar K-pop, bahasa Korea juga makin banyak diajarkan di kampus-kampus.
Anak muda Indonesia adalah generasi yang multilingual dan kreatif. Studi yang saya lakukan bersama Nazarudin di tahun 2024[1] menunjukkan bahwa para fans K-pop memakai bahasa dengan luwes dan dinamis di sosial media tanpa melihat batasan bahasa—lazim disebut translanguaging[2].
Tahun 2021-2023, kami mengumpulkan dan menganalisis data berupa cuitan, unggahan, dan komen akun-akun fandom di X (dulu Twitter) dan Instagram dari dua band K-pop yang populer di kalangan Gen Z, yaitu BTS [3]dan Blackpink[4].
Hasilnya, kami menemukan bahwa setiap fandom melakukan translanguaging (perpindahan bahasa) antara bahasa Indonesia kolokial (tidak formal), bahasa lokal seperti Jawa dan Sunda, serta bahasa asing yaitu Inggris dan Korea, untuk mengekspresikan identitas yang berbeda satu sama lain.
Elemen bahasa dan multimodal ini—seperti nama, kata sapaan, dan meme—digunakan oleh fans K-pop sebagai penanda identitas lokal-global, ekspresi keakraban, dan penghubung multiple identities (identitas ganda) mereka.
Penggunaan nama lokal untuk menandai identitas lokal
Nama fandom di Indonesia sering mengacu pada budaya lokal, sehingga sering berbeda dengan nama fandom yang sudah dikenal global. Misalnya, fandom BTS Indonesia menamai diri mereka IndoMY, berasal dari frase “Indonesian ARMY”, menyerupai merek mi instan Indomie.
Fandom ReVeLuv, grup penggemar girlband Korea Red Velvet, secara global adalah Luvies, sementara versi lokalnya adalah Lupis, kue tradisional Indonesia. Mputjen, fandom NCT, berasal dari kata “rumput”, yang merujuk pada warna hijau lightstick dalam konser NCT. Mbeb, nama fandom Monsta X berasal dari kata “baby”, yang dalam pelafalan bahasa Indonesia sering terdengar seperti “beb” atau “mbeb”.
Nama salah seorang anggota BTS, Suga, sering dibalik oleh fans menjadi Agus. Melalui pembalikan kata, nama Agus terdengar lebih lokal karena banyak menjadi nama laki-laki Indonesia.
Penggunaan nama-nama ini mencerminkan identitas lokal sekaligus global,[5] mirip dengan strategi pendukung klub sepak bola di Indonesia yang menggunakan nama seperti LA Mania, Jakmania, North Ultras, dan Arema Gladiator—mengacu pada budaya global Italia dan Inggris.
Ungkapan ekspresif sarat emosi
Ekspresi emosional yang kuat juga sering muncul dalam konten dan komen fans K-pop. Kata sifat dari bahasa Korea seperti daebak ‘hebat’ dan jang ‘terbaik’ digunakan untuk memuji idola atau sesama penggemar. Kata dari bahasa Indonesia seperti mantul ‘sangat hebat’ juga sering muncul, bersama dengan selamat, atau dari bahasa Inggris, congrats.
Dua ekspresi ikonik Korea, borahae dan bogosipda, sering digunakan untuk mengekspresikan identitas dan budaya fandom. Borahae[8] secara literal berarti ‘aku ungu kamu’, kombinasi dari bora ‘ungu’ dan hae dari saranghae ‘cinta’.
Ungkapan tersebut diciptakan oleh V (Kim Taehyung) dari BTS pada 2016, dan menjadi simbol khusus bagi ARMY. Bagi fans, ungkapan ini berarti ‘aku cinta kamu’. Penggunaannya pun meluas, termasuk dalam promosi BTS Meal oleh McDonald’s Indonesia[9] pada 2021.
Sementara itu, ungkapan bogosipda yang berarti ‘aku rindu’ berasal dari boda ‘melihat’ dan gosipda ‘ingin’. Kata ini bisa juga digunakan dalam translanguaging dengan bahasa Sunda, seperti dalam kalimat Bogosipdanya akang yang menggunakan bogosipda bersamaan dengan kata sapaan akang ‘kakak laki-laki’. Kalimat dengan arti ‘Ya, aku rindu kamu, Akang’ ini menunjukkan identitas ganda sebagai penutur bahasa lokal dan penggemar K-pop.
K-pop dan identitas ganda fans
Penggunaan bahasa dalam interaksi anak muda mencerminkan identitas mereka[10]. Penggemar K-pop tidak hanya mengungkapkan kecintaan mereka pada idola, tetapi juga terlibat dalam gerakan politik online[11], seperti akun fandom K-pop @beautifulyoongo yang mendukung #DiperkosaNegara saat skandal KPK 2019.
Keterlibatan fandom K-pop juga terlihat pada Pemilu 2024. Pendukung Anies Baswedan menganugerahi identitas K-pop dengan julukan Park Ahn Nice[12] kepada kandidat presiden itu.
Sementara itu, fans K-pop yang Muslim tetap mempertahankan identitas keagamaan mereka. Misalnya, satu unggahan X menampilkan Suga BTS dalam konteks Islami, memakai peci dan memegang tasbih, ditemani frasa Islami mashaallah yang dipakai untuk menunjukkan kekaguman.
Oleh fans K-pop muslim, assalamualaikum sering dihubungkan dengan salam Korea annyonghaseio. Frase ini berasal dari annyeonghada yang berarti ‘tenang, damai, sehat’ dan seyo sebagai ‘penanda kesopanan’. Jadi, annyonghaseio juga mengandung doa baik penutur agar lawan bicara dalam keadaan baik dan damai. Ucapan ini menjadi titik temu budaya Korea dan Islam.[13]
Masa depan bahasa Korea di Indonesia
K-pop, dalam hal ini melalui media sosial, telah memengaruhi praktik berbahasa anak muda Indonesia. Perlahan tapi pasti, bahasa Korea masuk ke dalam lingkungan dan kosakata bahasa Indonesia. Jurusan bahasa Korea kini makin banyak didirikan di universitas.[14]
Aksara Hangul juga semakin dikenal oleh penutur bahasa Indonesia dan bahkan diperkenalkan sebagai sistem tulisan resmi bagi bahasa Cia-Cia di Pulau Buton[15], Sulawesi Tenggara, pada awal 2000-an karena kesamaan struktur fonologisnya (bunyi) dengan bahasa Korea—menandai bahwa bahasa Korea bukanlah sesuatu yang asing bagi sebagian masyarakat Indonesia.
References
- ^ Studi yang saya lakukan bersama Nazarudin di tahun 2024 (brill.com)
- ^ translanguaging (www.tandfonline.com)
- ^ BTS (ibighit.com)
- ^ Blackpink (www.grammy.com)
- ^ identitas lokal sekaligus global, (www.taylorfrancis.com)
- ^ bahkan telah masuk dalam KBBI sejak 2021 (kbbi.kemdikbud.go.id)
- ^ seperti uri nampyeon (www.instagram.com)
- ^ Borahae (www.urbandictionary.com)
- ^ BTS Meal oleh McDonald’s Indonesia (www.cnbcindonesia.com)
- ^ Penggunaan bahasa dalam interaksi anak muda mencerminkan identitas mereka (www.degruyter.com)
- ^ gerakan politik online (tirto.id)
- ^ Park Ahn Nice (www.tempo.co)
- ^ Ucapan ini menjadi titik temu budaya Korea dan Islam. (link.springer.com)
- ^ Jurusan bahasa Korea kini makin banyak didirikan di universitas. (www.researchgate.net)
- ^ sistem tulisan resmi bagi bahasa Cia-Cia di Pulau Buton (journal.ugm.ac.id)
Authors: Nurenzia Yannuar, Assistant professor, Universitas Negeri Malang