Asian Spectator

Kepribadian bukan takdir: penelitian membuktikan kita bisa mengubahnya

  • Written by Shannon Sauer-Zavala, Associate Professor of Psychology & Licensed Clinical Psychologist, University of Kentucky
Kepribadian bukan takdir: penelitian membuktikan kita bisa mengubahnya

Apakah kamu pernah mengikuti tes kepribadian? Jika kamu seperti saya, mungkin kamu pernah mencoba kuis di BuzzFeed dan tahu persis lagu Taylor Swift mana yang “paling cocok dengan gayamu[1].”

Jelas, kuis internet seperti ini tidak ilmiah. Namun yang mengejutkan adalah banyak tes kepribadian yang tampaknya serius–sering digunakan untuk menentukan pilihan pendidikan serta karier–juga tidak didukung oleh penelitian ilmiah. Meski menjadi industri bernilai miliaran dolar[2], tes-tes berbayar yang sering digunakan oleh sekolah dan perusahaan ternyata tidak efektif dalam memprediksi kesuksesan karier[3].

Selain kurangnya dukungan keilmuan, pendekatan paling populer dalam memahami kepribadian juga seringkali bermasalah karena mereka menganggap bahwa sifat-sifat manusia itu statis–seolah-olah kepribadian yang kita miliki sejak lahir tidak bisa berubah. Namun, studi kepribadian modern menunjukkan bahwa sifat-sifat kepribadian bisa berubah seiring waktu[4].

Saya termasuk orang yang pernah melihat perubahan pada kepribadian diri sendiri, dari yang berantakan dan malas menjadi sangat teliti. Selain itu, sebagai seorang peneliti perubahan kepribadian sekaligus psikolog klinis[5], saya melihat perubahan itu nyata.

Penelitian saya menegaskan bahwa orang bisa secara sadar mengembangkan sifat-sifat yang dibutuhkan untuk mencapai kehidupan yang diinginkan. Ini bertentangan dengan pandangan populer bahwa tipe kepribadian menempatkanmu dalam sebuah “kotak” yang mendikte kamu dalam memilih pasangan, aktivitas, dan karier sesuai dengan sifat tersebut.

Apa yang dimaksud dengan kepribadian?

Menurut para psikolog, kepribadian adalah cara khas seseorang dalam berpikir, merasa, dan berperilaku[6].

Misalnya, apakah kamu orang yang cenderung berpikir pesimis tentang situasi hidupmu, atau tipe orang yang lebih optimis?

Apakah kamu cenderung marah ketika seseorang menyerobotmu di jalan, atau lebih memilih berpikir positif–mungkin mereka sedang bergegas ke rumah sakit dan memberikan mereka jalan?

Apakah kamu menunggu hingga menit terakhir untuk menyelesaikan tugas, atau lebih suka merencanakan segalanya lebih awal?

Kepribadian dapat dilihat dari kumpulan responsmu terhadap pertanyaan-pertanyaan semacam ini. Berdasarkan jawabanmu, mungkin kamu akan dapat digambarkan sebagai orang yang optimis, empatik, atau dapat diandalkan.

Penelitian menunjukkan bahwa label-label ini dapat diringkas menjadi lima sifat utama[7] yang dikenal sebagai “Lima Besar (Big Five)”: neurotisisme, ekstroversi, ketelitian, keramahan, dan keterbukaan.

Pada awal dekade 1930-an, para psikolog menyisir kamus untuk menemukan kata-kata yang menggambarkan sifat manusia dan mengelompokkannya menjadi tema-tema yang serupa. Misalnya, kata-kata seperti “baik hati,” “bijaksana,” dan “ramah” dikelompokkan bersama. Dari ribuan kata, ditemukan bahwa sifat-sifat kepribadian dapat diringkas menjadi lima kategori utama tersebut.

cartoon graphic of the Big Five personality traits: openness, conscientiousness, extraversion, agreeableness, neuroticism
Personality traits can be sorted into the ‘Big Five’ categories. They describe how you act but not necessarily the essence of who you are. Whale Design/iStock via Getty Images Plus[8]

Namun, penting untuk diingat bahwa kepribadian bukanlah tentang apa yang kamu sukai atau nilai-nilai yang kamu anut. Mengubah salah satu dari “Lima Besar” tidak berarti kamu mengubah diri sepenuhnya. Itu hanya berarti kamu belajar merespons situasi dengan cara yang berbeda.

Bisakah kepribadian berubah?

Apakah kepribadian bisa berubah? Ya, karena kepribadian mencerminkan cara khas seseorang dalam berpikir, merasa, dan berperilaku–dan orang sering kali mengubah cara mereka menyikapi ketiga hal ini.

Misalnya, jika biasanya kamu kurang bisa diandalkan, tetapi kamu mulai berpikir, “Datang tepat waktu adalah tanda menghargai orang lain,” kamu mungkin akan merasa bangga ketika tiba lebih awal. Dengan menerapkan kebiasaan baru seperti mengatur alarm atau pengingat, lama-kelamaan kamu menjadi orang yang lebih bisa diandalkan. Kepribadianmu pun berubah.

Penelitian mengonfirmasi hal ini. Secara umum kepribadian memang berubah sepanjang hidup seseorang[9]. Seiring bertambahnya usia, orang cenderung lebih positif, lebih teliti, lebih menghargai hubungan baik, dan menjadi lebih toleran.

Namun, tingkat perubahan ini bervariasi. Beberapa orang mengalami perubahan yang signifikan, sementara yang lain relatif stabil. Sejumlah penelitian, termasuk penelitian saya sendiri[10] menunjukkan bahwa perubahan kepribadian dapat dipercepat dengan penyesuaian kecil dalam cara berpikir dan berperilaku[11]. Perubahan ini bisa terjadi dalam waktu kurang dari 20 minggu, bukan 20 tahun.

woman in an office leans back in her chair and looks into distance Identifying patterns that your thoughts frequently fall into can be the first step toward making a change. Maskot via Getty Images[12]

Mengembangkan kepribadian yang diinginkan

Kabar baiknya, teknik perilaku kognitif-behavioral[13] untuk mengubah kepribadian ini cukup sederhana. Kamu tidak harus menemui terapis untuk melakukannya.

Langkah pertama adalah mengubah pola pikir—bagian kognitifnya. Kamu perlu menyadari pikiran-pikiran yang membuat kamu terjebak dalam pola perilaku tertentu. Misalnya, jika kamu berpikir “orang hanya peduli pada diri sendiri,” kamu mungkin akan lebih defensif dalam berinteraksi dengan orang lain.

Langkah selanjutnya adalah menguji respons perilaku baru. Jika kamu biasanya bersikap defensif dan ini membuat orang lain menjauh, cobalah untuk lebih terbuka. Misalnya, jika kamu berbagi kesulitan dengan rekan kerja, kamu mungkin akan terkejut melihat respons positif dari mereka.

Dengan mengubah cara berpikir dan bertindak secara konsisten, kamu dapat membentuk kebiasaan baru yang bertahan lama, sehingga akhirnya kepribadianmu pun berubah sesuai dengan yang kamu inginkan.

Authors: Shannon Sauer-Zavala, Associate Professor of Psychology & Licensed Clinical Psychologist, University of Kentucky

Read more https://theconversation.com/kepribadian-bukan-takdir-penelitian-membuktikan-kita-bisa-mengubahnya-240351

Magazine

Kepribadian bukan takdir: penelitian membuktikan kita bisa mengubahnya

seorang wanita sedang melihat dirinya sendiri di cermin.lechatnoir/E+ via Getty ImagesApakah kamu pernah mengikuti tes kepribadian? Jika kamu seperti saya, mungkin kamu pernah mencoba kuis di BuzzFeed...

‘Warisan’ kebijakan pendidikan Jokowi untuk Prabowo

Prabowo-Gibran yang pencalonannya sebagai Presiden dan Wakil Presiden memantik kontroversi akan bekerja mulai 20 Oktober 2024.Untuk mengawal pemerintahan mereka, kami menerbitkan edisi khusus #PantauP...

Demi inovasi, dana pendidikan perlu lebih banyak berinvestasi ke universitas dalam negeri

Prabowo-Gibran yang pencalonannya sebagai Presiden dan Wakil Presiden memantik kontroversi akan bekerja mulai 20 Oktober 2024.Untuk mengawal pemerintahan mereka, kami menerbitkan edisi khusus #PantauP...



NewsServices.com

Content & Technology Connecting Global Audiences

More Information - Less Opinion