Asian Spectator

The Times Real Estate

.

Pesan-antar makanan memperburuk polusi dan kemacetan perkotaan: 2 solusi untuk meredamnya

  • Written by Budhi Sholeh Wibowo, Dosen dan Peneliti, Universitas Gadjah Mada
Pesan-antar makanan memperburuk polusi dan kemacetan perkotaan: 2 solusi untuk meredamnya

Bayangkan kamu memesan makanan melalui layanan daring atau on-demand food delivery (ODFD). Sang pengantar hanya membawakan satu pesanan dari restoran ke rumahmu. Ternyata, lima menit kemudian, tetanggamu memesan dari restoran yang sama. Pengemudi yang sama ternyata harus kembali lagi ke restoran untuk mengambil pesanan kedua.

Setiap perjalanan tunggal ini meningkatkan jumlah pergerakan kendaraan di jalan, memperburuk polusi udara dan kemacetan lalu lintas di lingkunganmu. Hal ini diperparah jika lebih banyak tetanggamu melakukan hal yang sama dalam waktu yang berbeda.

Minat konsumen terhadap kenyamanan dan layanan cepat mendorong perkembangan layanan pesan antar makanan daring seperti GoFood, GrabFood, dan ShopeeFood, dalam beberapa tahun terakhir. Di Indonesia, platform pesan-antar daring kini melayani jutaan pelanggan setiap tahunnya, dengan nilai transaksi mencapai US$4,6 miliar (Rp71,6 triliun) pada 2023[1].

Naiknya layanan pesan-antar daring turut meningkatkan lalu lintas kendaraan pengantaran sehingga menambah kemacetan perkotaan dan emisi gas rumah kaca. Sebuah penelitian di Jakarta[2] menunjukkan bahwa penggunaan layanan pesan-antar daring dapat meningkatkan emisi hingga dua kali lipat dan meningkatkan kemacetan hingga 40%.

Riset yang kami lakukan berupaya memberikan dua langkah solusi agar layanan ini bisa meredam perburukan polusi dan kemacetan. Solusi ini membutuhkan itikad dari pengelola platform dan juga kesadaran lingkungan konsumen.

1. Pengantaran gabungan

Riset kami mendapati bahwa konsolidasi pengantaran, atau pengantaran gabungan, adalah strategi yang efektif untuk mengurangi dampak lingkungan dari layanan pesan-antar daring. Dengan menggabungkan pesanan, platform dapat mengurangi jumlah perjalanan, menurunkan konsumsi bahan bakar, dan mengurangi emisi secara keseluruhan.

Sebagai ilustrasi, bayangkan ada lima orang di kompleks perumahan yang sama yang memesan makanan dari restoran berbeda dalam periode satu jam. Dengan menggunakan pengantaran gabungan, pengemudi dapat menunggu hingga tiga atau lebih pesanan masuk sebelum mengambilnya dan mengantarkan semuanya dalam satu perjalanan.

Metode pengantaran tersebut tentu mengurangi jumlah total perjalanan. Walhasil, pengemudi bisa menghemat bahan bakar dan juga mengurangi emisi karbon. Pengemudi juga tidak perlu kelelahan karena harus bolak-balik.

Studi[3] yang saya lakukan bersama tim di Yogyakarta menemukan bahwa konsolidasi pengantaran mengurangi emisi karbon hingga 16%. Pengemudi juga diuntungkan dengan pengurangan biaya antar sebesar 9%. Namun, hal ini disertai dengan kompromi—waktu tunggu pelanggan meningkat rata-rata sebesar 26%.

Lantas, apakah konsumen bersedia?

2. Informasi hijau untuk memengaruhi perilaku

Eksperimen yang saya lakukan[4] bersama tim kepada 215 e-konsumen di wilayah Jakarta menunjukkan potensi “informasi hijau” dalam mendorong pilihan pengantaran yang ramah lingkungan.

Artinya, konsumen mungkin bersedia menerima penundaan ini jika mereka diberi tahu tentang manfaat lingkungan yang dihasilkan. Ini membuka peluang besar bagi platform untuk terlibat dengan pelanggan yang peduli lingkungan dan mempromosikan praktik berkelanjutan.

Dalam eksperimen ini, kami membuat aplikasi yang mensimulasikan proses pemilihan layanan pesan-antar kepada e-konsumen di wilayah Jakarta. Dalam simulasi tersebut, kami memberikan mereka opsi beserta informasi mengenai jejak karbon dari setiap opsi pengantaran, bersama dengan informasi harga dan waktu.

Opsi pertama, pengantaran cepat dalam 35 menit, tetapi dengan emisi karbon tinggi. Sementara itu, ada opsi kedua dengan pengantaran yang lebih lambat (sekitar 60 menit), tapi dengan emisi karbon yang lebih rendah. Dalam aplikasi, terdapat informasi bahwa memilih pengantaran yang lebih lambat dapat mengurangi jejak karbon pesanan tersebut hingga 300 gram CO2.

Menariknya, informasi hijau tersebut direspons positif oleh konsumen. Sekitar 84% pelanggan lebih memilih metode pengantaran yang lebih lambat tapi lebih ramah lingkungan.

Hasil eksperimen juga menunjukkan bahwa, tanpa iming-iming diskon, 55% pelanggan tetap cenderung memilih opsi yang berkelanjutan.

Temuan ini penting bagi platform yang ingin mengurangi ketergantungan pada insentif harga, yang sering kali mengurangi margin keuntungan. Berbeda dengan diskon yang berfungsi sebagai insentif finansial, informasi hijau mengandalkan motivasi intrinsik yaitu dorongan untuk bertindak sesuai dengan nilai-nilai pribadi mereka.

Banyak konsumen terdorong untuk membuat keputusan yang bertanggung jawab secara sosial. Ketika mereka menyadari bahwa pilihan pengantaran mereka dapat membantu mengurangi dampak lingkungan, mereka akan lebih mungkin memilih opsi tersebut tanpa memerlukan insentif tambahan.

Hal ini menjadikan informasi hijau sebagai strategi yang efektif dalam membentuk perilaku konsumen jangka panjang. Sebab, keputusan tersebut sesuai dengan nilai-nilai yang mereka anggap penting.

Keuntungan praktik hijau

Menawarkan informasi hijau bersama dengan pengantaran gabungan dapat meningkatkan reputasi platform sebagai perusahaan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan. Citra tersebut memberikan nilai tambah di mata pelanggan yang menghargai praktik berkelanjutan.

Selain itu, manfaat penghematan biaya dari praktik konsolidasi sangat signifikan. Dengan pengantaran gabungan, pengemudi yang biasanya mengantarkan 20 pesanan secara langsung kini hanya perlu melakukan 15 perjalanan gabungan.

Hal ini tentu mengurangi biaya bahan bakar, waktu tempuh mereka, keausan kendaraan, dan bahkan kelelahan pengemudi. Semuanya berpotensi meningkatkan produktivitas pengemudi secara keseluruhan.

Efisiensi operasional ini dapat diterjemahkan menjadi margin keuntungan yang lebih baik bagi platform pesan-antar daring. Penyedia teknologi layanan yang mengadopsi praktik hijau juga mungkin lebih siap untuk mematuhi regulasi di masa depan yang bertujuan mengurangi emisi perkotaan.

Dengan secara proaktif mengadopsi praktik pengantaran yang berkelanjutan, perusahaan dapat berada di depan perubahan kebijakan yang mungkin mewajibkan operasi yang lebih ramah lingkungan di kota-kota besar.

Tantangan bagi platform pesan-antar daring bukanlah apakah mereka harus menjadi lebih ramah lingkungan, melainkan seberapa cepat mereka dapat mengintegrasikan praktik-praktik ini ke dalam operasi mereka.

Perusahaan-perusahaan yang memimpin perubahan ini tidak hanya akan membantu mengurangi dampak lingkungan industri, tetapi juga memosisikan diri sebagai pelopor gerakan konsumsi yang lebih bertanggung jawab.

References

  1. ^ US$4,6 miliar (Rp71,6 triliun) pada 2023 (momentum.asia)
  2. ^ Sebuah penelitian di Jakarta (www.sciencedirect.com)
  3. ^ Studi (doi.org)
  4. ^ Eksperimen yang saya lakukan (www.tandfonline.com)

Authors: Budhi Sholeh Wibowo, Dosen dan Peneliti, Universitas Gadjah Mada

Read more https://theconversation.com/pesan-antar-makanan-memperburuk-polusi-dan-kemacetan-perkotaan-2-solusi-untuk-meredamnya-240455

Magazine

Ambisi Makan Bergizi Gratis Prabowo: Bisakah beri ruang inklusif untuk anak dengan disabilitas?

Ilustrasi anak-anak sedang memakan bekal makan siang di sekolah.Ikanop/ShutterstockPrabowo-Gibran yang pencalonannya sebagai Presiden dan Wakil Presiden memantik kontroversi akan bekerja mulai 20 Okto...

Sains di balik membangun kebiasaan sehat untuk bantu wujudkan resolusi Tahun Baru

(Shutterstock)Setiap Tahun Baru, umumnya orang-orang berlomba membuat resolusi terkait kesehatan. Sayangnya, 80% resolusi gagal hanya dalam hitungan pekan sehingga banyak orang mengulangi resolusi yan...

5 strategi menghadapi rasa ‘awkward’ dalam kehidupan sosial–terutama saat berkumpul di musim liburan

Catherine Falls Commercial/Moment via Getty ImagesMusim liburan sering kali menghadirkan momen-momen awkward. Diskusi politik, misalnya, berpotensi besar memicu situasi ini. Rasa kikuk bisa muncul saa...