Asian Spectator

The Times Real Estate

.

Ambisi Makan Bergizi Gratis Prabowo: Bisakah beri ruang inklusif untuk anak dengan disabilitas?

  • Written by Sri Sunarti Purwaningsih, Peneliti Ahli Madya, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)
Ambisi Makan Bergizi Gratis Prabowo: Bisakah beri ruang inklusif untuk anak dengan disabilitas?
Prabowo-Gibran yang pencalonannya sebagai Presiden dan Wakil Presiden memantik kontroversi akan bekerja mulai 20 Oktober 2024. Untuk mengawal pemerintahan mereka, kami menerbitkan edisi khusus #PantauPrabowo[1] yang memuat isu-isu penting hasil pemetaan kami bersama TCID Author Network. Edisi ini turut mengevaluasi 10 tahun pemerintahan Joko Widodo, sekaligus menjadi bekal Prabowo-Gibran menjalankan tugasnya. Pemerintahan Prabowo Subianto akan menerapkan program unggulan Makan Bergizi Gratis (MBG)[2] mulai 6 Januari 2025[3]. Salah satu program Asta Cita[4] ini ditujukan sebagai upaya untuk memperbaiki permasalahan gizi[5] di Indonesia, mulai dari mencegah stunting hingga mendukung pengembangan SDM berkualitas. Penerapan program ini didominasi pemberian makanan bergizi dengan menu sehat di sekolah, baik di tingkat dasar maupun menengah, serta pesantren. Selebihnya, terdapat pemberian makanan bergizi untuk ibu hamil dan menyusui. MBG ditargetkan mencakup 80 juta penerima manfaat hingga 2029. Meski begitu, patut dipertanyakan apakah program MBG yang didistribusikan di sekolah-sekolah dapat memenuhi prinsip inklusivitas. Pasalnya, terdapat anak-anak pengidap alergi dan penyandang disabilitas[6] yang tidak dapat mengonsumsi bahan makanan tertentu. Lantas, sejauh mana program MBG dapat memberikan ruang inklusif untuk anak-anak tersebut? Sensitivitas terhadap siswa khusus Pemerintah harus sangat memperhatikan menu makanan anak pengidap alergi dan penyandang disabilitas. Menu makanan anak pengidap alergi tertentu, tentu tidak bisa disamaratakan dengan menu anak-anak lain yang tidak mengidap alergi. Bagi mereka yang memiliki alergi kulit, misalnya, penyedia makanan harus berhati-hati memilih bahan makanan agar tidak memicu reaksi alergi[7], seperti gatal-gatal atau ruam. Ada pula anak yang alergi terhadap kandungan susu dan produk olahan turunannya. Karena itu, pemerintah harus memperhatikan kesesuaian kebutuhan makanan setiap siswa. Anak penyandang disabilitas dengan ragam disabilitas tertentu juga membutuhkan kecukupan gizi dan jenis makanan yang berbeda-beda. Data menunjukkan, jumlah anak penyandang disabilitas di Indonesia[8] sekitar 2 juta jiwa. Penyandang disabilitas lebih rentan[9] terhadap kekurangan gizi, termasuk stunting akibat gangguan fisik dan neurologis. Menu diet untuk penyandang autisme, misalnya, harus selektif karena anak-anak dengan autisme sensitif terhadap makanan tinggi gula, susu, dan pengawet makanan. Selain itu, anak dengan autisme memiliki banyak persoalan yang menyertai kesehatannya, sehingga terapi gizi yang tepat dapat membantu mengurangi beban mereka.[10][11] Selain itu, akan lebih baik jika program MBG juga menyasar anak dengan disabilitas[12] yang ada di luar sekolah formal umum, termasuk di Sekolah Luar Biasa (SLB), panti, atau di rumah-rumah. Sebab, tidak semua anak penyandang disabilitas disekolahkan di SLB. Sementara semua anak yang berada di sekolah formal maupun tidak seharusnya sama-sama memiliki hak untuk mendapatkan makanan bergizi tersebut. Tidak ada data pasti jumlah anak penyandang disabilitas yang berada di sekolah, baik di sekolah umum maupun SLB. Namun secara statistik[13], jumlah anak dengan disabilitas yang mendapatkan pendidikan formal hanya sekitar 12,26%. Belajar dari negara lain Secara global, program makan di sekolah sudah dimulai sekitar tahun 1700-an di Eropa[14]. Data dari 176 negara[15] menunjukkan sekitar 418 juta anak di seluruh dunia saat ini mendapatkan manfaat dari program pemberian makanan di sekolah. Nigeria[16] merupakan salah satu negara yang telah menerapkan program makan siang di sekolah inklusi yang diisi anak penyandang disabilitas dan nondisabilitas. Program tersebut diluncurkan tahun 2005 dan berpengaruh positif terhadap tingkat pendaftaran dan kehadiran siswa. Sementara itu, Kolombia[17] juga menerapkan program makan di sekolah yang dimulai tahun 2006 di bawah kementerian pendidikan setempat. Program tersebut turut menyasar anak penyandang disabilitas, bahkan mereka termasuk salah satu kelompok yang diprioritaskan selain kelompok etnis minoritas dan kelompok miskin. Memastikan inklusivitas Makan Bergizi Gratis Dalam penerapannya ke depan, pemerintah harus memastikan program MBG bersifat inklusif, dapat menjangkau kebutuhan seluruh siswa, termasuk siswa penyandang disabilitas dan pengidap alergi. Konsep inklusivitas dalam konteks ini dapat diartikan sebagai sebuah pendekatan yang merangkul kebutuhan semua pihak. UNESCO[18] menyebutkan bahwa program makan gratis dapat menjadi medium untuk mewujudkan tidak hanya kesetaraan, tetapi juga inklusivitas. Sebuah studi[19] menunjukkan pada dasarnya terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan dalam proses implementasi program makan gratis yang inklusif. Pertama, menekankan pada pelibatan siswa penyandang disabilitas dalam proses perencanaan sehingga dalam proses penerapannya diharapkan dapat sesuai dengan kebutuhan mereka. Kedua, penyelenggara program perlu memastikan isu aksesibilitas, baik aksesibilitas secara fisik maupun akses terhadap informasi gizi bagi siswa penyandang disabilitas berdasarkan ragamnya. Ketiga, pelibatan komite orang tua dan komunitas penyandang disabilitas dapat menjadi opsi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan sensitivitas pada aspek inklusivitas dalam program makan bergizi gratis. Dalam konteks ini, sering kali pihak orang tua tidak memiliki informasi atau pemahaman yang baik dalam penerapan program yang berkaitan dengan kebutuhan anaknya. Deretan poin dalam studi tersebut bisa diterapkan pula untuk anak pengidap alergi. Agar penerapannya optimal, program MBG tentunya harus berlandaskan data yang akurat, lengkap, dan dinamis[20]. Dengan memastikan kelengkapan data anak penyandang disabilitas dan pengidap alergi, termasuk ragam kebutuhan spesifik terkait nutrisi yang mereka butuhkan, program MBG diharapkan dapat berjalan inklusif. References^ #PantauPrabowo (theconversation.com)^ Makan Bergizi Gratis (MBG) (www.setneg.go.id)^ 6 Januari 2025 (www.detik.com)^ Asta Cita (1276-visi-misi-indonesia-maju-2024-final.pdf)^ memperbaiki permasalahan gizi (www.kemenkopmk.go.id)^ penyandang disabilitas (www.unicef.org)^ memicu reaksi alergi (hellosehat.com)^ jumlah anak penyandang disabilitas di Indonesia (www.unicef.org)^ Penyandang disabilitas lebih rentan (pubmed.ncbi.nlm.nih.gov)^ Menu diet untuk penyandang autisme (link.springer.com)^ membantu mengurangi beban mereka. (jurnalpangan.com)^ menyasar anak dengan disabilitas (www.liputan6.com)^ secara statistik (www.liputan6.com)^ 1700-an di Eropa (foodstudies.org)^ 176 negara (www.wfp.org)^ Nigeria (ejournal.bumipublikasinusantara.id)^ Kolombia (voxdev.org)^ UNESCO (unesdoc.unesco.org)^ Sebuah studi (www.frontiersin.org)^ data yang akurat, lengkap, dan dinamis (penerbit.brin.go.id)Authors: Sri Sunarti Purwaningsih, Peneliti Ahli Madya, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

Read more https://theconversation.com/ambisi-makan-bergizi-gratis-prabowo-bisakah-beri-ruang-inklusif-untuk-anak-dengan-disabilitas-242922

Magazine

Ambisi Makan Bergizi Gratis Prabowo: Bisakah beri ruang inklusif untuk anak dengan disabilitas?

Ilustrasi anak-anak sedang memakan bekal makan siang di sekolah.Ikanop/ShutterstockPrabowo-Gibran yang pencalonannya sebagai Presiden dan Wakil Presiden memantik kontroversi akan bekerja mulai 20 Okto...

Sains di balik membangun kebiasaan sehat untuk bantu wujudkan resolusi Tahun Baru

(Shutterstock)Setiap Tahun Baru, umumnya orang-orang berlomba membuat resolusi terkait kesehatan. Sayangnya, 80% resolusi gagal hanya dalam hitungan pekan sehingga banyak orang mengulangi resolusi yan...

5 strategi menghadapi rasa ‘awkward’ dalam kehidupan sosial–terutama saat berkumpul di musim liburan

Catherine Falls Commercial/Moment via Getty ImagesMusim liburan sering kali menghadirkan momen-momen awkward. Diskusi politik, misalnya, berpotensi besar memicu situasi ini. Rasa kikuk bisa muncul saa...