5 strategi menghadapi rasa ‘awkward’ dalam kehidupan sosial–terutama saat berkumpul di musim liburan
- Written by Alexandra Plakias, Associate Professor of Philosophy, Hamilton College
Musim liburan sering kali menghadirkan momen-momen awkward. Diskusi politik, misalnya, berpotensi besar memicu situasi ini. Rasa kikuk bisa muncul saat ada perbedaan pendapat, yang kemudian menyebabkan keretakan hubungan dan menciptakan jarak, atau ketika perilaku mulai melampaui batas.
Kekikukan dalam interaksi sosial adalah situasi ketika kamu tiba-tiba merasa kehilangan panduan untuk menghadapi situasi tertentu. Mungkin situasinya baru atau mengejutkan, sehingga kamu tidak tahu apa yang diharapkan atau peran yang harus dimainkan dalam ‘drama sosial’ di sekitarmu. Kecanggungan ditandai dengan perasaan sadar diri, ketidakpastian, dan ketidaknyamanan.
Sebagai seorang filsuf yang mempelajari psikologi moral[1], saya tertarik pada kekikukan karena saya ingin memahami bagaimana ketidaknyamanan sosial bisa menghambat orang untuk terlibat dalam diskusi topik-topik substantif. Kecanggungan tampaknya sering kali menjadi penghalang, bahkan ketika nilai moral seseorang mendorongnya untuk berbicara. Tetapi kekikukan juga memiliki sisi positif: Ia memberi sinyal bahwa norma sosial yang ada kurang memadai[2] atau sudah usang.
Orang sering menyalahkan diri mereka sendiri ketika situasi berubah menjadi canggung. Padahal, kekikukan sebenarnya bukan kegagalan individu, melainkan kegagalan kolektif mengontrol situasi. Keadaan menjadi canggung karena kita tidak memiliki sumber daya untuk menavigasi interaksi sosial yang rumit.
Kekikukan sering disamakan dengan rasa malu, meski keduanya berasal dari sumber yang berbeda, begitu pula cara mengatasinya.
Rasa malu adalah respons terhadap kegagalan pribadi atau kesalahan seseorang[3], sehingga solusi mengatasinya adalah dengan mengakui, bertanggung jawab, lalu melanjutkan hidup[4]. Kekikukan, di sisi lain, terjadi karena kurangnya panduan sosial. Untuk mengantisipasinya, kamu bisa mencoba mengembangkan skrip sosial yang lebih baik untuk membantumu–dan orang lain–menghadapi situasi serupa di masa depan.
Setelah meneliti dan menulis sebuah buku tentang awkwardness[5], saya sampai pada kesimpulan bahwa kekikukan bukan sesuatu yang bisa–atau harus–dihindari sepenuhnya. Namun, ada beberapa strategi yang dapat kita gunakan untuk meminimalkan kekikukan dan menghadapinya ketika hal tersebut tak terelakkan terjadi.
1. Ketahui tujuan dan peranmu
Ketidakpastian adalah bahan bakar kekikukan. Jadi, sebelum kamu terlibat dalam interaksi yang berpotensi menciptakan rasa canggung atau kontroversial, tanyakan pada dirimu sendiri: Apa yang ingin saya capai dari situasi ini?
Dengan kejelasan tujuan, kamu tidak hanya mampu menjalankan peranmu, tetapi juga memberikan sinyal yang lebih jelas kepada orang lain untuk menjalankan peran mereka dalam drama sosial yang sedang berlangsung.
Misalnya, jika kamu khawatir akan terasa canggung ketika pamanmu akan melakukan ceramah politik, pikirkan tentang apa yang kamu inginkan. Apakah kamu ingin meyakinkan pamanmu bahwa dia salah? Mungkin skenario itu agak mustahil. Apakah kamu ingin anggota keluarga lainnya merasa lebih nyaman? Atau kamu hanya ingin sekadar memastikan bahwa pandanganmu akan didengar?
Saya mungkin tidak bisa menjamin bahwa memikirkan rencana dan tujuanmu akan membuat segalanya berjalan lancar dan tidak ada orang yang akan terluka. Akan tetapi, cara ini setidaknya akan membantu kamu merasa lebih percaya diri akan kemampuanmu untuk menuju hasil yang kamu inginkan.
2. Fokus pada sekitar, bukan diri sendiri
Situasi canggung[7] sering memicu kesadaran diri yang berlebihan[8]. Hal ini akan membuatmu tidak nyaman dan tidak selaras dengan orang-orang di sekitarmu. Padahal, sinyal dari mereka bisa menjadi jalan keluar dari situasi canggung tersebut. Jadi, pastikan kamu memperhatikan pemain lain dalam ‘drama sosial’ yang sedang berlangsung, bukan hanya fokus pada ketidaknyamanan dirimu sendiri.
3. Persiapkan, koordinasikan, dan jadilah eksplisit
Manusia merencanakan begitu banyak hal dalam hidup dan mengharapkan interaksi sosial berjalan lancar begitu saja. Namun, layaknya liburan atau menjelajah hutan, terkadang percakapan juga bisa berjalan lebih baik jika ada rencana. Misalnya, siapkan beberapa topik pembicaraan atau pertanyaan ringan untuk mencairkan suasana.
Kamu tidak perlu melakukan semuanya sendirian. Jika kamu khawatir akan membahas topik sensitif, atau berinteraksi dengan tamu yang sangat rumit, libatkan teman atau kerabat untuk menciptakan suasana yang lebih nyaman.
Misalnya, jika kamu harus bertemu dengan seseorang dengan hubungan yang renggang–seperti anggota keluarga yang paling asing dan teman lama yang sudah lama kamu abaikan–cobalah untuk melakukan beberapa persiapan sebelumnya. Misalnya, kamu bisa berinisiatif untuk menghubungi mereka terlebih dahulu melalui pesan atau email. Hal ini akan memberi mereka kesempatan untuk memproses perasaan atau reaksi tanpa tekanan langsung saat pertemuan.
Rencana aktivitas sederhana juga bisa membantu mengurangi situasi awkward. Tidak harus kaku seperti menyiapkan permainan: cukup siapkan saja beberapa tugas untuk tamu yang mungkin akan merasa canggung, seperti mengaduk saus salad atau menaruh garpu di meja.
4. Tertawakan saja
Jika semua upaya gagal dan kekikuan tetap terjadi, cobalah beri orang lain jalan keluar atau ruang bagi orang lain untuk mengalihkan perhatian mereka dari situasi tersebut. Caranya tak perlu rumit; bisa dengan membuat lelucon kecil, mengangkat topik obrolan ringan, atau bahkan–tindakan sederhana seperti menjatuhkan sendok dengan sengaja juga bisa memecah keheningan-jika situasinya memang benar-benar membutuhkan.
5. Pertimbangkan alternatifnya
Meski strategi-strategi ini dapat membantu menghindari kekikuan, ada baiknya mempertimbangkan apakah menghindarinya sepenuhnya benar-benar penting. Kekikukan muncul dari ketidakpastian dalam interaksi sosial, yang membuat waktu terasa lambat dan mengurung rasa percaya dirimu.
Namun, kekikuan mungkin memiliki fungsi tertentu dalam situasi sosial. Tanpa kekikukan, situasi mungkin akan memunculkan emosi yang lebih intens seperti kemarahan atau kesedihan, yang kadang lebih sulit dihadapi atau mungkin lebih baik disimpan untuk kesempatan lain.
Jadi jika momen awkward terjadi, sebaiknya kamu melihat sekeliling untuk memahami mengapa kekikuan itu muncul dan peran apa yang dimainkan dalam dinamika sosial tersebut, serta memikirkan apa yang bisa terjadi jika kekikuan itu tidak ada.
References
- ^ filsuf yang mempelajari psikologi moral (scholar.google.com)
- ^ Ia memberi sinyal bahwa norma sosial yang ada kurang memadai (www.collectiveinkbooks.com)
- ^ kegagalan pribadi atau kesalahan seseorang (www.jstor.org)
- ^ solusi mengatasinya adalah dengan mengakui, bertanggung jawab, lalu melanjutkan hidup (greatergood.berkeley.edu)
- ^ buku tentang awkwardness (doi.org)
- ^ Drazen Zigic/iStock via Getty Images Plus (www.gettyimages.com)
- ^ Situasi canggung (doi.org)
- ^ kesadaran diri yang berlebihan (doi.org)
Authors: Alexandra Plakias, Associate Professor of Philosophy, Hamilton College