Merawat hewan peliharaan yang sakit serius dapat membuat kita stres, ‘burnout’, dan cemas tak berkesudahan
- Written by Susan Hazel, Associate Professor, School of Animal and Veterinary Science, University of Adelaide

Hidup ditemani hewan peliharaan membawa banyak manfaat. Mereka dapat membuat kita merasa selalu memiliki teman, dicintai, dan mendapatkan dukungan[1]. Memiliki hewan peliharaan juga berkaitan dengan risiko kematian dini yang lebih rendah[2].
Sebagian besar kita rela melakukan apa pun untuk anabul kesayangan kita yang sakit. Namun, sama halnya dengan merawat orang sakit, mengurus hewan sakit juga dapat membawa beban tersendiri[3].
Sejumlah penelitian mengonfirmasi pemilik hewan peliharaan merasakan beban serupa setelah merawat hewan yang sakit serius.
Stres dalam kondisi ini sering disebut sebagai beban pengasuh (caregiver burden[4]).
Stres, depresi, burnout, dan kecemasan
Sebuah penelitian[6] pada 2017 mencermati bagaimana kondisi orang dengan hewan peliharaan yang sehat dan membandingkannya dengan orang yang merawat hewan peliharaan dengan penyakit kritis.
Penelitian tersebut menyoroti bagaimana individu yang harus merawat hewan yang sakit serius merasa bahwa mereka tidak memiliki waktu untuk diri sendiri. Sebab, mereka harus mendedikasikan waktu untuk berfokus merawat hewan peliharaannya.
Dibandingkan pemilik hewan yang sehat, pengasuh hewan peliharaan yang sakit mengalami:
tekanan lebih berat, stres, dan gejala depresi/kecemasan, juga penurunan kualitas hidup.
Riset[8] kami pada 2023 berfokus pada pengalaman individu yang merawat anjing-anjing tua menunjukkan hasil mengkhawatirkan—serupa dengan penelitian sebelumnya.
Kami menyurvei individu dengan anjing berusia delapan tahun ke atas. Beberapa anjing yang mereka pelihara memiliki disfungsi kognitif hewan[9], mirip seperti demensia dari penyakit Alzheimer’s pada manusia.
Sejumlah 16% dari total 637 responden survei kami memiliki beban pengasuhan[10] yang tinggi. Mereka lebih rentan pada kondisi psikologis, fisik, dan finansial yang negatif.
Salah satu responden menyampaikan:
Saya dan pasangan saya sama sekali tak bisa meninggalkannya di rumah sendirian […]. Saya khawatir dengan kualitas hidup [hewan peliharaan saya]. Saya merasa pasangan saya benar-benar kesulitan menghadapi penurunan kondisi [hewan peliharaan] saya dan ketika tiba waktunya melakukan eutanasia, saya tahu bahwa sayalah yang akan mendorong keputusan tersebut. Saya merasakan kecemasan terus-menerus saat keputusan tersebut makin dekat.
Tekanan pengasuhan yang lebih tinggi berkaitan dengan kepemilikan anjing yang mengalami disfungsi kognitif hewan, pemilik hewan peliharaan yang berusia 25 sampai 44 tahun, dan individu yang hidup sendirian.
Temuan ini masuk akal karena individu yang hidup sendirian tidak memiliki orang lain untuk mendukung atau menolong mereka. Perilaku anjing yang paling sulit dihadapi orang antara lain gangguan di malam hari dan gonggongan.
Beban pengasuhan di situasi lainnya
Penyakit atau kondisi ketidakmampuan apa pun pada hewan peliharaan berpeluang menjadi sumber stres bagi pengasuhnya.
Bahkan masalah perilaku pada anjing, seperti sifat agresif atau gangguan terkait perpisahan, berhubungan dengan tekanan klinis signifikan pada lebih dari 68% orang[11].
Mayoritas riset yang ada memang dilakukan pada anjing. Namun, pemilik kucing sakit juga dapat memiliki beban tinggi[12] meski terlihat lebih rendah dibandingkan tekanan yang dialami pemilik anjing sakit.
Kami sebelumnya menemukan[13] bahwa sepertiga pemilik kucing dengan epilepsi lebih berpeluang merasakan tekanan pengasuhan dan stres tinggi.
Masalah ini menjadi kian serius[14] bagi pemilik hewan peliharaan yang merasa tidak didukung oleh dokter hewan mereka. Contohnya, mereka merasa janji temu dengan dokter dilakukan dengan terburu-buru atau kekhawatiran mereka disepelekan.
Pemilik hewan peliharaan yang lebih berpeluang mengalami beban pengasuhan ini termasuk orang berumur di bawah 55 tahun dan pemilik kucing dengan kejang tak terkontrol.
Emosi yang kuat dan kebutuhan yang rumit
Beban mengasuh hewan peliharaan yang sakit belum cukup dipahami, bahkan oleh dokter hewan sekalipun.
Individu yang mengalami stres pengasuhan cenderung memerlukan konsultasi lebih lama di klinik hewan, datang lebih sering, dan menjadi emosional dan marah[15].
Dari perspektif dokter hewan[16], klien dengan emosi kuat dan kebutuhan yang kompleks menjadi tantangan tersendiri.
Bagaimana cara mendapatkan bantuan?
Jika kamu atau orang yang kamu kenali sedang kesulitan merawat hewan peliharaan yang sakit kritis, temui dokter hewan yang dapat dipercaya dan membuatmu nyaman. Jika kamu dapat menceritakan kesulitan kamu, dokter tersebut dapat memberikan dukungan.
Mintalah bantuan orang lain! Mintalah bantuan teman dan keluarga agar kamu bisa beristirahat sejenak. Kita terbiasa melakukannya ketika baru membawa pulang anak anjing atau kucing. Namun, kita tidak berpikir bahwa bantuan tersebut juga dapat dimanfaatkan ketika hewan peliharaan sakit, menua, atau perlu perhatian lebih.
Ketahuilah bahwa wajar untuk terkadang merasa frustrasi, kewalahan, atau bahkan kesal dengan hewan peliharaan sendiri. Perasaan tersebut bukan menandakan kita tidak mencintai mereka. Perasaan tersebut berarti kita memasuki level perawatan yang sulit.
Meski banyak kesulitan, banyak pengasuh hewan peliharaan yang menemukan ketenangan dari hubungan mendalam dengan hewan peliharaan mereka. Salah satu responden kami dalam studi[19] terkait anjing tua menulis:
setiap momen yang saya miliki saat ini dengannya adalah sebuah anugerah. Ia telah memberikan banyak hal pada saya selama sepuluh tahun belakangan; inilah waktu untuk membalasnya.
Hewan peliharaan juga memberi makna bagi hidup kita. Dalam studi kami terkait kucing dengan epilepsi[20], salah satu responden menulis:
Saya rasa kebanyakan orang tak menyadari manfaat hidup dengan kucing berkebutuhan khusus.
Mendukung ikatan antara manusia dan hewan berarti mendukung manusia dan juga hewan. Kita semua akan menjadi sosok yang lebih baik ketika kita menyadari dan mendukung individu yang sedang kesulitan merawat hewan peliharaan mereka.
Kezia Kevina Harmoko berkontribusi dalam penerjemahan artikel ini.
References
- ^ merasa selalu memiliki teman, dicintai, dan mendapatkan dukungan (www.nature.com)
- ^ risiko kematian dini yang lebih rendah (theconversation.com)
- ^ membawa beban tersendiri (theconversation.com)
- ^ caregiver burden (www.sciencedirect.com)
- ^ Haletska Olha/Shutterstock (www.shutterstock.com)
- ^ penelitian (bvajournals.onlinelibrary.wiley.com)
- ^ larisa Stefanjuk/Shutterstock (www.shutterstock.com)
- ^ Riset (bvajournals.onlinelibrary.wiley.com)
- ^ disfungsi kognitif hewan (theconversation.com)
- ^ beban pengasuhan (bvajournals.onlinelibrary.wiley.com)
- ^ 68% orang (www.sciencedirect.com)
- ^ beban tinggi (journals.sagepub.com)
- ^ menemukan (bvajournals.onlinelibrary.wiley.com)
- ^ kian serius (bvajournals.onlinelibrary.wiley.com)
- ^ menjadi emosional dan marah (avmajournals.avma.org)
- ^ Dari perspektif dokter hewan (avmajournals.avma.org)
- ^ Beach Creatives/Shutterstock (www.shutterstock.com)
- ^ Soloviova Liudmyla/Shutterstock (www.shutterstock.com)
- ^ studi (bvajournals.onlinelibrary.wiley.com)
- ^ studi kami terkait kucing dengan epilepsi (bvajournals.onlinelibrary.wiley.com)
Authors: Susan Hazel, Associate Professor, School of Animal and Veterinary Science, University of Adelaide